Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bayi Badak Sumatera Lahir di Taman Way Kambas, Kini Total Ada 9 Ekor

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengaku gembira dengan kelahiran bayi badak tersebut. 

“Kabar ini tentu menjadi berita bahagia, tidak hanya untuk masyarakat Indonesia tetapi juga dunia," kata Siti dikutip dari Instagram Kementerian LHK. 

Tak lupa, pihaknya mengapresiasi kepada pihak-pihak yang terlibat dalam kelahiran bayi badak Sumatera tersebut. 

"Harapannya, kita dapat terus mendapat kabar bahagia dari kelahiran-kelahiran badak Sumatera dan satwa dilindungi lainnya di masa depan,” kata Menteri Siti.

Kelahiran ketiga bagi "Ratu" 

Bayi badak tersebut lahir dari induk betina bernama Ratu. 

Bagi Ratu, badak sumatera betina berumur 23 tahun, ini merupakan keberhasilan kelahiran ketiga selama menjadi penghuni SRS TNWK.

Sebelumnya Ratu melahirkan Andatu pada tahun 2012 dan Delilah pada tahun 2016.

Ketiga individu badak yang dilahirkan badak Ratu merupakan hasil perkawinannya dengan badak jantan bernama Andalas yang berusia 22 tahun.

Sementara hingga saat ini, kelahiran anak badak ini merupakan yang keempat di SRS TNWK.

Menteri Siti menegaskan hal ini membuktikan komitmen Pemerintah Republik Indonesia dalam melakukan upaya konservasi badak di Indonesia, khususnya badak sumatera.

Kelahiran anak badak Ratu ini menambah jumlah badak yang ada di SRS TNWK menjadi sembilan ekor.

Selain badak Ratu, badak betina lain yang saat ini menempati SRS TNWK adalah Bina, Rosa, Delilah, dan Sedah Mirah. Sementara itu, terdapat tiga ekor badak jantan, yaitu Andalas, Harapan, dan Andatu.

“Dari upaya pengembangbiakan semi alami yang dilakukan, saat ini SRS TNWK telah berhasil menghasilkan empat individu badak sumatera yang lahir, yaitu Andatu (2012), Delilah (2016), Sedah Mirah (2022), dan anak ketiga dari Ratu-Andalas (2023),” imbuh Menteri Siti.

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Satyawan Pudyatmoko mengatakan, SRS TNWK menjadi satu-satunya tempat pengembangbiakan semi in-situ yang dikelola oleh Balai Taman Nasional Way Kambas yang telah bekerja sama dengan Yayasan Badak Indonesia (Yabi).

"Tujuan utamanya yakni menghasilkan anak badak sumatera untuk mempertahankan keberlangsungan hidup spesies badak sumatera yang kini terancam punah," jelas Satyawan.

"Anak-anak badak sumatera hasil program pengembangbiakan di SRS TNWK ke depannya dapat dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya," lanjut dia.

Pengembangbiakan badak sumatera

Sementara itu, Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia (Yabi) Jansen Manansang menambahkan, tidak hanya melalui upaya reproduksi alami, namun bantuan teknologi juga sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan pengembangbiakan badak sumatera.

“SRS TNWK berencana untuk mengintegrasikan metode Assisted Reproductive Technology (ART) atau Teknologi Reproduksi Berbantu untuk pengembangbiakan badak sumatera,” ucap Jansen.

Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 106 tahun 2018, badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) merupakan satwa yang dilindungi di Indonesia.

Di dalam International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) Red List, status konservasi badak sumatera saat ini adalah critically endangered/CR atau statusnya terancam punah.

Keberadaan dari badak sumatera ini tersebar di hutan-hutan Sumatera (Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Way Kambas, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan) dan sebagian kecil populasi di Kalimantan Timur.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/01/163000665/bayi-badak-sumatera-lahir-di-taman-way-kambas-kini-total-ada-9-ekor

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke