Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bukber, Menyegarkan Kebersamaan

Semua restoran penuh orang makan. Piring, gelas, sendok, garpu disiapkan, dan berbagai jenis masakan, aneka makanan pembuka puasa (takjil), dan minuman terhidang di meja-meja.

Di luar, jalan-jalan lalu lintas kendaraan tersendat, padat merayap, terutama di simpul-simpul jalan yang biasanya padat.

Jalan besar berubah menjadi seperti lautan warna merah akibat lampu belakang berderet-deret mobil yang sedang direm melambat karena lalu lintas tersendat. Bisa ditebak, sebagian mobil-mobil itu menuju tempat berbuka puasa.

Itulah menit-menit sekitar waktu buka puasa, buka puasa bersama (bukber) di bulan Ramadhan.

Sekitar dua jam sebelumnya orang-orang sudah bersiap-siap, berdatangan ke restoran-restoran, warung tenda, dan mal-mal seluruh kota Jakarta.

Mereka “mengkapling-kapling” tempat makan, merangkai meja-meja dan kursi supaya berada dalam satu blok untuk buka puasa bersama komunitas, kawan, atau keluarga.

Restoran di mal besar seperti Central Park di Grogol, Senayan City dan Senayan Park di kawasan Senayan, rumah makan di pinggir jalan, dan warung tenda dipadati orang berbuka puasa.

“Kalau mau bukber di mal, harus bersiap-siap lebih awal. Orang-orang sudah mulai berdatangan ke restoran jam tiga sore,” kata Dr Retno Intani ZA, MSc, dosen yang paham suasana restoran di mal, karena sering memanfaatkan meja-meja sekitar restoran untuk membimbing mahasiswanya.

Jumat 31 Maret 2023, teman-teman yang lain juga mengingatkan hal yang sama, supaya kebagian tempat di restoran. Menjadi sulit mendapatkan tempat, kalau semua meja sudah dipesan, terdapat tulisan “Reserved”.

Kabarnya di kota-kota besar di Indonesia, seperti Surabaya, Semarang, Bandung, Makassar, Medan, Padang, dan Yogyakarta juga sama, ramai orang bukber.

Buka puasa bersama di bulan Ramadhan atau lebih dikenal dengan singkatan bukber, sudah menjadi tradisi di Indonesia. Bukber diadakan di mana-mana, di rumah-rumah, mesjid, warung tenda hingga Istana Presiden.

Selain untuk mengakhiri puasa sehari penuh, bukber juga menyegarkan kebersamaan di antara keluarga, kawan, komunitas, dan kita.

Setidaknya bagi saya sendiri sudah ikut bukber 60 tahun di bulan Ramadhan, baik bersama keluarga, jamaah masjid, maupun bersama teman-teman sekantor yang memeluk beragam agama. Senang rasanya.

Bukber di luar negeri

Rupanya tradisi bukber bukan hanya milik Indonesia. Di negara-negara di seluruh dunia dari Timur hingga Barat yang terdapat komunitas Muslim juga ada acara bukber.

Namun istilah bukber di luar negeri lebih dikenal dengan sebutan “iftar”, berasal dari Bahasa Arab yang artinya sama dengan bukber.

Di kota- kota besar di Malaysia, seperti di Kuala Lumpur juga banyak yang menyelenggarakan iftar. Begitu pula di Inggris, Amerika, dan Australia, Afrika, dan tentu Asia.

Dalam iftar bersama, mereka menikmati hidangan buka puasa, sekalian bersilaturahim dan menyegarkan kebersamaan.

Di Amerika Serikat yang mempunyai sedikit penduduk muslim ada kegiatan iftar. Bahkan Iftar juga sudah ditradisikan di Istana Kepresidenan Amerika Serikat, White House (Gedung Putih) yang berlokasi di Pennyslvania Avenue, Washington D.C.

White House pertama kali menyelenggarakan iftar 9 Desember 1805. Saat itu Presiden Thomas Jefferson mengadakan jamuan makan bersama tamunya yang berpuasa ketika matahari tenggelam.

Tamu Gedung Putih itu adalah Sidi Soliman Mellimelli utusan Tunisia untuk Amerika Serikat. Soliman yang beragama Islam ketika itu sedang berkunjung ke Washington selama enam bulan untuk penyelesaian persoalan perompakan.

Ada yang menyangkal apa yang dilakukan Thomas Jefferson itu bukan iftar, tetapi jamuan makan yang disesuaikan dengan waktu Sidi Soliman berbuka puasa.

Namun demikian, berbuka puasa di Gedung Putih itu kemudian diikuti oleh presiden-presiden Amerika Serikat berikutnya, di tempat yang sama, dengan sebutan iftar atau iftar dinner.

Presiden George W. Bush semasa berkuasa delapan tahun juga mentradisikan iftar di Gedung Putih. Seperti dikutip Christian Science Monitor, di bawah Presiden Bush, iftar Gedung Putih menjadi ritual tahunan.

Selama menjadi presiden delapan tahun, Bush menyelenggarakan iftar di Gedung Putih delapan kali. Ini sebagai upaya menyapa Muslim Amerika dan menegaskan bahwa Amerika tidak berperang melawan Islam.

Ibu negara Hillary Clinton juga menghidupkan tradisi iftar di Gedung Putih. Ia menjamu makan malam mengakhiri puasa di ujung bulan Ramadhan, memasuki Idul Fitri tahun 1996 bersama komunitas Muslim di Gedung Putih.

Kebiasaan iftar di Gedung Putih dilanjutkan oleh Presiden Barack Obama di ruang makan kenegaraan, State Dining Room pada pukul 8.30 waktu setempat (Rabu petang) pada Ramadhan tahun 2010.

“Ramadhan sebagai pengingat bahwa Islam selalu menjadi bagian Amerika,” tutur Obama yang juga merujuk sejarah iftar yang pernah dilakukan pendahulunya, Thomas Jefferson.

Di era serba internet yang membuat manusia mudah terhubung melalui berbagai aplikasi media sosial, bukber semakin marak. Mengatur waktu pertemuan dengan mudah lewat Internet, seperti group WhatsApp, dan lain-lain. Semua anggota grup menyimak dan ikut.

Pertemuan bukber dapat dikatakan sebagai kelanjutan dari komunikasi online yang kemudian mewujud menjadi pertemuan offline. Bisa jadi bukber sendiri kini sebagai media sosial offline.

Bukber menjadi wahana silaturahim yang melibatkan sesama komunitas Muslim, dan sahabat di luar Muslim.

Karena temanya bukber, makan bersama, maka acara pokoknya ya makan.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/04/04/170000365/bukber-menyegarkan-kebersamaan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke