Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Pejabat Jepang Sering Mengundurkan Diri, tapi Pejabat Indonesia Tidak?

Dalam video yang diunggah di Instagram Bintang Emon, Bintang menampilkan kolase tangkapan layar sejumlah berita pejabat Jepang yang mengundurkan diri. 

Salah satunya berita tentang menteri ekonomi Jepang yang mengundurkan diri setelah anak buahnya tersandung kasus korupsi.

Lantas, pria pemenang Stand Up Comedy Academy 3 itu menyindir pejabat Jepang yang mudah sekali mengundurkan diri.

"Gue kira tuh Jepang sebagai negara gede, sebagai negara maju itu udah sempurna. Segala aspeknya. Sampai gue lihat berita tadi. Ya Allah, cupu banget mentalnya. Dih malu doang undurin diri. Buset dah," ungkapnya.

"Salahin dulu pihak lain, kalau nggak potong buntut kek. Kan bawahan lu banyak. Panpel olimpiade Tokyo ada, Kapolres Kyoto bisa itu dibuang semuanya," katanya.

"Langsung undurin diri, lu terlalu cepet ngambil keputusan. Harusnya, lu tuh bikin aturan yang membebaskan lu dari tanggung jawab. Ya walaupun itu bukan ranah lu ya. Tapi lu bikin aja, jadi peserta yang ngga setuju dengan itu nggak bisa partisipasi, lu bisa bikin kan lu otoritas tertinggi," lanjut Bintang Emon.

Dengan ekspresi yang membuat kesal, Bintang Emon menegaskan kembali gara-gara malu pejabat mengundurkan diri.

"Hah, gara-gara malu doang mundurin diri, gara-gara lu malu jabatan-jabatan yang udah nungguin nih yang lu jadiin sebagai tujuan berikutnya jadi ngga tercapai. Elektronik lu doang bagus, ngadu mental pejabat sama mari mah berani gua," tutupnya.

Dalam unggahannya, Bintang Emon juga menambahkan keterangan.

"Indonesia > Jepang. Dah ah terakhir. Gudlak tim independen, doa dan harapan korban bersamamu," tulisnya.

Pernyataan Bintang Emon itu banyak dikaitkan soal tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan orang, namun hingga saat ini tidak ada pejabat yang mengundurkan diri.

Lantas, mengapa mengapa pejabat Jepang sering mengundurkan diri, sementara pejabat Indonesia tidak?


Alasan pejabat Jepang sering mengundurkan diri, sementara Indonesia tidak

Sosiolog Universirtas Airlangga Bagong Suyanto menjelaskan alasan mengapa pejabat Jepang sering mengundurkan diri, sementara Indonesia tidak.

Menurutnya, hal ini soal kultur.

Di Jepang, kata Bagong, memiliki kultur ksatria yang mengedepankan kehormatan dan tanggung jawab.

"Di Indonesia kultur seperti itu belum tumbuh, sehingga yang dikorbankan biasanya justru aparat atau pihak-pihak yang dimensinya lebih rendah dari pejabat itu sendiri," jelasnya, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (9/10/2022).

Budaya malu pejabat Jepang

Sementara itu, fenomena pengunduran diri yang banyak dilakukan oleh kalangan pejabat publik Jepang, memberikan gambaran mengenai budaya politik yang dimiliki oleh bangsa Jepang.

Demikian dikutip dari riset Yusy Widarahesty dan Rindu Ayu dalam judul "Fenomena Pengunduran Diri di Kalangan Pejabat Publik Jepang (Studi tentang Budaya Politik Masyarakat Jepang Tahun 2007-2011)".

Dituliskan bahwa budaya mundur yang merupakan cerminan dari "budaya malu" telah menjadi ritual yang dimiliki dalam sejarah panjang bangsa Jepang.

Selain itu, "harakiri politik" yang dilakukan di kalangan pejabat publik Jepang telah menunjukan bagaimana budaya politik yang dimiliki oleh bangsa Jepang.

"Rasa pertanggungjawaban yang besar terhadap kelompok merupakan harga mutlak yang harus dibayar oleh masing-masing individu yang berada dan menjadi bagian di dalamnya," tulis Yusy Widarahesty dan Rindu Ayu dalam risetnya.

Penelitian itu diterbitkan dalam jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial volume 2 nomor 1, Maret 2013.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/10/09/170000565/mengapa-pejabat-jepang-sering-mengundurkan-diri-tapi-pejabat-indonesia

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke