Kebanyakan orang tidak mendapatkan cukup vitamin D, sehingga mengonsumsi suplemen menjadi jalan keluar. World Health Oragnization (WHO) pernah menyebutkan rendahnya rata-rata kadar vitamin D penduduk Indonesia, yakni 17,2.
Padahal, kisaran normal kadar vitamin D dalam tubuh adalah antara 30 hingga 60 nanogram per mililiter. Pemeriksaan kadar vitamin D dilakukan dengan tes darah yang disebut 25-hydroxyvitamin D, dengan pengukuran nanogram per mililiter.
Walaupun dapat meningkatkan daya tahan tubuh, penumpukan vitamin D secara berlebihan juga bisa berbahaya. Apalagi jika tak sesuai kadar yang dianjurkan, vitamin ini bisa menjadi racun bagi tubuh atau yang disebut sebagai hipervitaminosis D.
Gejala keracunan vitamin D
Vitamin D membantu tubuh menyerap kalsium dan mengedarkannya di dalam darah. Keracunan vitamin D akibat konsumi berlebihan memang jarang terjadi.
Nah, yang bisa Anda lakukan adalah mewaspadai dengan mengetahui gejalanya. Contohnya penumpukan kalsium dalam darah yang dapat memicu hiperkalsemia akibat kadar vitamin D di dalam tubuh yang terlalu tinggi.
Dilansir Insider, ada beberapa gejala yang patut diwaspadai sebagai penanda keracunan vitamin D:
Selainjutnya, kelebihan kalsium ini dibiarkan, tubuh tidak menyimpannya di tulang, tetapi malah akan menyimpannya di arteri dan jaringan tisu. Jika terjadi berlarut-larut, bisa memicu terbentuknya batu ginjal dan bahkan bisa merusak jantung.
Profesor dari University of California San Diego, Amerika Serikat, Paul Price, menyatakan potensi kerusakan jantung. Kerusakan jantung ini bisa disebabkan kelebihan kalsium dalam darah jika seseorang mengonsumsi vitamin D dalam takaran berlebih selama bertahun-tahun.
Tes darah diperlukan untuk mendeteksi kadar kalsium dalam darah, yang menandakan seseorang keracunan vitamin D. Setelah seseorang terbukti mengalami keracunan vitamin D, ia harus menghentikan rutinitas mengonsumsi vitamin D dan multivitamin lainnya.
Penuhi kebutuhan vitamin D secara tepat
Ada beberapa cara untuk memenuhi kebutuhan vitamin D agar optimal. Cara yang sering kita dengar ialah dengan berjemur di bawah matahari dan mengonsumsi suplemen vitamin D.
Dilansir laman resmi Universitas Airlangga, dr Henry Suhendra, SpOT menyarankan agar memilih waktu berjemur guna mendapatkan vitamin D terbaik. Menurutnya, waktu terbaik ialah antara pukul 11 hingga 1 siang.
Alumnus Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran (FK) Unair tersebut beralasan, waktu tersebut sesuai dengan hasil riset salah satu peneliti asal Boston yang datang ke Indonesia pada 2011.
Dalam penelitian itu disebutkan bahwa kita tidak akan mendapatkan kadar ultraviolet B secara maksimal pada pagi hari. "Kadar Ultraviolet B maksimum didapatkan bukan pagi hari, melainkan pada pukul 11 hingga pukul 1 siang," ujarnya.
Selain itu, setidaknya 85 persen bagian tubuh harus terpapar sinar matahari secara langsung. Jika terhalang baju atau obyek lainnya, hanya ultraviolet A yang didapatkan. Ultraviolet jenis ini tidak membentuk vitamin D.
Henry menambahkan, lama waktu berjemur juga dipengaruhi oleh tipe kulit. Dari enam tipe kulit yang berbeda, mayoritas orang Asia Tenggara berada di urutan 4 dan 5.
“Kita kalau jemur rata-rata perlu tiga sampai empat kali lebih banyak daripada bule-bule untuk mendapatkan vitamin D yang sama. Itu susah, makanya bisa kita ganti juga dengan suplemen," kata dia.
Secara umum, usia turut menentukan kebutuhan harian tubuh akan vitamin D. Dewasa di bawah 70 tahun membutuhkan asupan vitamin D lebih sedikit dibanding lansia di atas 70 tahun yang sudah tak lagi bisa memproduksi banyak vitamin D di kulitnya.
Jika berlebihan, vitamin D yang bisa meracuni tubuh sendiri adalah yang dalam bentuk suplemen, bukan vitamin D yang dibawa oleh sinar matahari atau makanan alami.
Agar terhindar dari overdosis vitamin D, konsumsilah makanan tinggi vitamin D, seperti ikan-ikanan, susu almon, dan jamur.
Apabila Anda ingin tetap mengonsumsi suplemen, pilih suplemen yang sudah tepercaya. Baca label untuk melihat izin edar dan komposisinya serta cermati takaran dosis yang dianjurkan.
https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/24/120000365/bisa-berbahaya-ini-cara-agar-tak-konsumsi-vitamin-d-berlebihan