Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Peringati Hari Primata, Ini Kondisi Rehabilitasi Satwa di Yogyakarta

KOMPAS.com - Hari Primata Indonesia diperingati setiap 30 Januari.

Peringatan ini dicetuskan oleh aktivis dan masyarakat peduli lingkungan pada 2014, dilatarbelakangi keprihatinan akan maraknya perdagangan ilegal primata di Indonesia.

Peringatan ini salah satunya disampaikan oleh organisasi lingkungan nonprofit, Green Peace Indonesia melalui akun Instagramnya @greenpeaceid.

"Orangutan adalah salah satu primata endemik Indonesia yang ditetapkan paling terancam punah oleh Badan Konservasi Internasional (IUCN). Hilangnya hutan habitat Orangutan adalah penyebab utama ancaman kepunahannya," tulis unggahan tersebt.

Hal serupa juga disampaikan oleh Manager Konservasi Wildlife Rescue Centre Yogyakarta Reza Dwi Kurniawan.

"Kita terus mengkampanyekan untuk tidak menjualbelikan atau memelihara primata," ujar Reza, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (30/1/2021).

Adapun jumlah primata di pusat rehabilitasi yang berlokasi di Kulon Progo, Yogyakarta ini sebanyak 29 individu.

Primata tersebut meliputi 7 kera besar orang utan Kalimantan, 9 owa, 5 siamang, 7 monyet ekor panjang dan 1 monyet ekor babi (beruk).

Selama bekerja di pusat rehabilitasi satwa liar, Reza mengaku bahwa mengembalikan primata ke alam liar lebih sulit dibanding satwa lainnya.

"Proses yang sangat panjang untuk merehabilitasi primata, bisa dibilang paling sulit," tuturnya.

Dari pemberitaan Kompas.com, 31 Januari 2019, data Profauna mencatat lebih dari 70 persen primata Indonesia terancam punah akibat perburuan yang kerap berlanjut pada perdagangan gelap dalam kurun waktu 2016-2018.

Reza sangat menyayangkan maraknya perdagangan dan perburuan primata.

"Padahal primata ini adalah satwa yang sangat sensitif, jadi ketika mereka sudah pernah mengalami hidup dengan manusia, untuk mengembalikan ke alam liar," jelas Reza.

Dihantam pandemi

Satwa yang berada di WRC Yogyakarta mayoritas berasal dari sitaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di Jakarta, serta beberapa BKSDA lainnya yang mendapati perdagangan satwa ilegal.

Selain perdagangan ilegal, satwa liar juga berasal dari peliharaan masyarakat yang ketahuan oleh BKSDA. Namun tak jarang, satwa liar tersebut diserahkan sendiri oleh masyarakat atas dasar kesadaran.

Adanya pandemi Covid-19 menghantam berbagai sektor kehidupan, termasuk pusat rehabilitasi satwa liar.

Kesulitan juga dialami oleh Wildlife Rescue Centre (WRC) Yogyakarta.

"Kalau kita dibilang sedang berat ya berat, sedang kritis ya kritis," kata Reza

Sampai akhir Januari 2021, WRC Yogyakarta merehabilitasi152 satwa liar.

Dengan jumlah satwa itu, Reza mengatakan, estimasi biaya operasional mencapai Rp 100 juta per bulannya.

Selain dari donasi, pendanaan WRC Yogyakarta lebih banyak dari relawan berbayar atau sejenis sekolah relawan Internasional yang datang sambil berdonasi.

"Ketika pandemi, imigrasi ditutup dan kita tidak bisa mendatangkan kerumunan, ya income utama kita benar-benar anjlok," ujar Reza.

WRC Yogyakarta pun menghimpun bantuan dari mitra kerja mereka, seperti BKSDA dan beberapa lembaga masyarakat.

Bantuan tersebut sanggup menambal biaya operasional sampai 2020.

Ia mengira pandemi akan berakhir pada 2020 dan berharap kondisi dapat kembali seperti sedia kala. Rupanya sampai 2021, penyebaran Covid-19 malah bertambah.

Reza dan kawan-kawan di WRC Yogyakarta pun memutar otak untuk tetap dapat merawat satwa di pusat rehabilitasi mereka.

Terdapat 25 karyawan untuk merawat lokasi rehabilitasi yang mencapai 13,9 hektar, dengan 125 satwa.

Para karyawan tersebut tentu memiliki keluarga dan kebutuhan hidupnya masing-masing. Maka WRC Yogyakarta tidak menuntut mereka untuk bekerja penuh waktu.

Reza menerangkan bahwa mereka berupaya sedemikian rupa untuk menekan operasional, tanpa mempengaruhi kualitas konservasi di WRC Yogyakarta.

"Kami menekan biaya operasional, tetapi tidak melupakan sisi konservasinya," tambahnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2021/01/30/205000965/peringati-hari-primata-ini-kondisi-rehabilitasi-satwa-di-yogyakarta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke