Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi: Perubahan Iklim Ternyata Berdampak pada Berubahnya Warna Bunga

Seperti di satu wilayah, bisa terjadi hujan terus-menerus yang disertai dengan angin kencang dan menyebabkan banjir.

Sementara di wilayah lain terjadi kemarau berkepanjangan hingga menyebabkan warga kekurangan air. 

Namun perubahan iklim juga turut berdampak pada berubahnya warna bunga-bunga. 

Respons tumbuhan terhadap perubahan iklim

Sebuah studi yang diterbitkan dalam Current Biology menyebutkan, pigmentasi ultraviolet (UV) bunga tertentu telah mulai berubah.

Hal itu sebagai respons tumbuhan terhadap krisis iklim dan menipisnya lapisan ozon.

Fenomena ini bukan sesuatu yang akan mudah terlihat oleh mata manusia, sebab bunga bergantung pada pola UV masing-masing untuk menarik penyerbuk.

Namun jika pola ini berubah, akan berdampak serius pada kemampuan tanaman untuk bereproduksi.

"Ini berimplikasi pada reproduksi tanaman dari bunga liar dan spesies tanaman peliharaan yang mempunyai pola bunga UV seperti kanola dan bunga matahari," ujar rekan penulis studi dan ilmuwan Clemson University Matthew Koski seperti dikutip dari EcoWatch, Sabtu (13/12/2020).

Warna bunga UV yang berubah, lanjut dia, berpotensi mengganggu penyerbukan.

Pigmentasi UV

Koski dan timnya melakukan perjalanan ke Eropa, Australia, dan Amerika Utara untuk mengumpulkan spesimen tanaman yang berasal dari tahun 1940-an hingga 2017.

Secara keseluruhan, teramati setidaknya 1.238 spesimen untuk melihat pigmentasi UV merespons perubahan pada paparan sinar UV dan suhu.

Secara keseluruhan, ditemukan bahwa pigmentasi UV meningkat dua persen setiap tahunnya. Hal tersebut masuk akal karena bunga menggunakan pigmen UV untuk melindungi serbuk sari dari radiasi.

Dalam studi sebelumnya, mengungkapkan bahwa bunga yang berada di daerah dengan lebih banyak paparan UV seperti dataran tinggi, mempunyai lebih banyak pigmen UV.

Temuan ini cocok dengan prediksi para peneliti, bunga akan berevolusi untuk menghasilkan lebih banyak pigmen karena tingkat ozon menurun dan paparan radiasi UV meningkat.

Namun, respons bunga terhadap perubahan ozon dan suhu sangat dipengaruhi oleh serbuk sari yang mengenai bunga tersebut.

Melansir IFL Science, ozon merupakan gas yang ditemukan di stratosfer bumi yang sangat kuat menyerap radiasi UV dari Matahari.

Jumlah total ozon di atmosfer bumi terus menurun sejak tahun 1970-an, membuat tumbuhan dan makhluk hidup lainnya terpapar lebih banyak radiasi UV.

Bunga dengan serbuk sari tersembunyi

Bunga dengan serbuk sari tersembunyi seperti bladderwort, tingkat pigmen UV-nya ditentukan oleh suhu bukan paparan radiasi. Jika suhu naik, jumlah pigmen turun, meski tingkat ozon juga menurun.

Ahli biologi tanaman Harvard Charles Davis yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut menjelaskan, hal ini dikarenakan serbuk sari yang tersembunyi dalam kelopak bunga dapat melindunginya dari paparan sinar UV, tapi juga memaparkannya ke panas tambahan.

Saat suhu naik, perlindungan ekstra berisiko membuat serbuk sari terlalu panas.

Mengurangi pigmen UV juga mengurangi jumlah radiasi matahari yang diserap kelopak, karenanya dapat membantu menjaga serbuk sari tetap dingin.

Koski menambahkan, perubahan pigmen dapat mempengaruhi kemampuan tanaman untuk menarik penyerbuk karena tertarik pola sasaran yang kontras dengan pigmen UV tinggi dan rendah.

Mengubah tingkat pigmen juga dapat mengubah keefektifan pola tersebut.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/12/14/070500865/studi--perubahan-iklim-ternyata-berdampak-pada-berubahnya-warna-bunga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke