Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menilik Fenomena Pemilih di Pilkada yang Pasang Pasfoto dan Artis Korea...

KOMPAS.com - Foto diri dan diduga potret artis dari Korea Selatan tampak menempel di surat suara pasangan calon Pilkada 2020.

Hal tersebut ditemukan oleh Bawaslu Kabupaten Kediri pada Rabu (9/12/2020).

Foto dan potret tersebut ditempel di kotak kosong yang bersanding dengan gambar pasangan calon Hanindhito Himawan Pramana-Dewi Mariya Ulfa.

Pilkada Kabupaten Kediri memang diikuti pasangan calon tunggal dan bertarung dengan kotak kosong.

Koordinator Divisi Pengawasan Bawaslu Kabupaten Kediri Ali Mashudi mengatakan, pasfoto yang diduga milik seorang warga itu ditemukan di salah satu tempat pemungutan suara (TPS) di Kecamatan Kandangan.

"Sedangkan untuk yang mirip artis Korea ditemukan di salah satu TPS di Kecamatan Plemahan," ujar Ali seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (9/12/2020).

Surat suara yang ditempel foto itu ditemukan petugas TPS saat melakukan penghitungan suara.

Lantas, apa sebab hal itu bisa terjadi?

Fenomena menarik

Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Drajat Tri Kartono menyebut, terjadinya hal tersebut adalah suatu fenomena yang menarik.

Menurutnya, saat ini merupakan era di mana masyarakat komunikatif mulai berkembang.

Terlebih, mulai dikenalnya internet oleh masyarakat luas, membuat otonomi atau hak semakin ada di tangan masing-masing orang.

"Nah di masyarakat seperti ini, itu prinsip tentang artikulasi, prinsip tentang identity itu menguat," kata Drajat saat dihubungi Kompas.com, Kamis (10/12/2020).

"Prinsip-prinsip itu mendorong untuk hidup itu lebih menghargai semua orang. Bahwa semua orang itu punya makna," sambungnya.

Merefleksikan kebosanan

Sementara itu, berkaitan dengan adanya foto-foto yang ditempel di surat suara tadi, Drajat menilai hal itu sebagai refleksi atas kebosanan.

Walau begitu, katanya, tetap saja hal tersebut menjadikan surat suara menjadi tidak sah.

"Tetapi yang paling penting adalah bahwa foto-foto itu merefleksikan atau mengartikulasikan sebuah sikap atas kebosanan terhadap demokrasi prosedural ini," ucap dia.

Menurut Drajat, demokrasi yang pada dasarnya ada menyeragamkan semacam ini, bertentangan dengan otonomi-otonomi individu tadi.

"Nah ini ada kebosanan terhadap penyeragaman demokrasi semacam ini. Kemudian mereka membuat keunikan-keunikan agar tidak menjadi birokratis tetapi menjadi lebih longgar dan menarik," tambah Drajat.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/12/10/193100065/menilik-fenomena-pemilih-di-pilkada-yang-pasang-pasfoto-dan-artis-korea-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke