Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mewarisi Sukma Musik Matematikal Schoenberg

ALBERT Einstein yang dilahirkan di Ulm pada tahun 1879 mulai menggagas general relativity untuk mencoba melepaskan diri dari penjajahan pemikiran fisikal Isaac Newton mau pun geometrikal Ecluid, nyaris bersamaan dengan Arnold Schoenberg yang dilahirkan di Wina pada tahun 1874 mulai menggagas pemikiran baru demi melepaskan diri dari penjajahan tradisi tonalitas warisan Bach-Beethoven-Brahms.

Serial musik

Pada tahun 1908 Arnold Schoenberg pada kuartet gesek opus 105 nomor 2 mulai konsekuen menggunakan sistem serial musik dengan melepaskan setiap nada pada sistem 12 nada dari belenggu tonalitas yang kemudian popular dengan sebutan atonal yang sebenarnya Schoenberg lebih suka sebutan pantonal sebab masing-masing 12 nada secara demokratis berperan tanpa ada yang lebih mau pun kurang dari satu dengan lainnya sebagai tonal yang berdaulat mandiri.

Namun setiap nada terkait dengan nada berikutnya secara berkelanjutan mirip sifat atom yang terkait dengan atom lain-lainnya. (Einstein juga kurang suka istilah relativitas sama dengan Schoenberg kurang suka istilah atonal )

Dodekafoni

Menarik adalah konsistensi Schoenberg dalam sistem dodekafoni (12 nada) di mana setiap nada diwajibkan hanya boleh sekali saja tampil di dalam sebuah serial yang maju-mundur serta bolak-balik secara original row lalu retrograde lalu inversion lalu retrograde-inversion konsekuen didayagunakan Schoenberg pada mahakarya Variations for Orchestra (1928) sebagai berikut: bes-e-fis-dis-f-a-d-cis-g-as-b-c lalu mundur sebagai c-b-as-g-cis-d-a-f-dis-fis-e-bes disusul cerminan original crow menjadi bes-e-d-f-dis-b-fis-g-cis-c-a-as lalu mundur sebagai as-a-c-cis-g-fis-b-dis-f-d-e-bes.

Geometri

Tidak kalah seru apabila urutan 12 nada dilukiskan pada lingkaran kuint (interval 5 nada) maka muncul pola geometris yang bagi saya memiliki keindahan tersendiri.

Ketika menuntut ilmu komposisi musik-akademis di Jerman, saya sempat gemar menyesawakan roh musik dengan pemikiran matematika serta penampakan geometris yang secara khusus senantiasa menggetar sukma kalbu saya.

Sistem serial 12 nada Schoenberg saya dayagunakan pada karya-karya dodekafonis-aleatorik yang kerap disebut musik-kuantum akibat secara tak terduga-duga selalu tampil beda setiap kali dipergelarkan.

Kembali ke fitrah

Di Jerman dengan lingkungan peradaban khas Eropa, efek tak terduga aura kuantumatematikal yang terkandung di dalam musik kombinatorika dodekafonis dengan aleatorik sempat saya gemari sebelum kembali ke Tanah Air Udara tercinta saya.

Di lingkungan kebudayaan bumi kelahiran saya sendiri, wajar bahwa secara spiritual saya kembali ke musik fitrah sukma musik saya pribadi yaitu musik Jawa dengan pancanada alias pentatonik 1-3-4-5-7 dan 1-3-4-6-7.

Meski tentu saja saya tidak bisa begitu saja melepaskan sukma-sukma musik yang sempat saya serap di lingkungan peradaban Eropa mulai dari belaian verismo-romantisme Chopin, sentuhan impresionisme Debussy, minimalisme Satie, gebrakan ekspresionisme Stravinski, renungan mistisisme Penderecki, sampai ke gagasan musik matematikal Schoenberg.

Sementara generasi pasca-Stockhausen di Eropa, naga-naganya juga mengalami gejala spiritualitas mirip saya yaitu akhirnya kembali ke fitrah peradaban musik Barat mereka sendiri yaitu tonalitas.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/11/12/093003165/mewarisi-sukma-musik-matematikal-schoenberg

Terkini Lainnya

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Ramai soal 'Review' Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Ramai soal "Review" Resto Bikin Usaha Bangkrut, Pakar Hukum: Sah tapi Harus Berimbang

Tren
6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

6 Kondisi Penumpang Kereta yang Berhak Dapat Kompensasi KAI, Apa Saja?

Tren
3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

3 Pemain Uzbekistan yang Patut Diwaspadai Timnas Indonesia, Salah Satunya Punya Nilai Rp 86,81 Miliar

Tren
Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Sepak Terjang Benny Sinomba Siregar, Paman Bobby Nasution yang Ditunjuk Jadi Plh Sekda Kota Medan

Tren
Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Jadwal dan Live Streaming Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23, Kick Off 21.00 WIB

Tren
Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Siapa Kandidat Terkuat Pengganti Rafael Struick di Laga Indonesia Vs Uzbekistan?

Tren
Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Mengapa Bisa Mengigau Saat Tidur? Ternyata Ini Penyebabnya

Tren
Tanggal 1 Mei Hari Libur Apa?

Tanggal 1 Mei Hari Libur Apa?

Tren
Sempat Diteriaki Warga tapi Tak Menggubris, Kakek Berusia 61 Tahun Tertabrak KA di Sragen

Sempat Diteriaki Warga tapi Tak Menggubris, Kakek Berusia 61 Tahun Tertabrak KA di Sragen

Tren
Perpanjang Pajak STNK Harus Bawa KTP Asli Pemilik Kendaraan, Bagaimana jika Sudah Meninggal?

Perpanjang Pajak STNK Harus Bawa KTP Asli Pemilik Kendaraan, Bagaimana jika Sudah Meninggal?

Tren
Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Air Kelapa Muda Vs Air Kelapa Tua Sehat Mana? Ini Beda dan Manfaatnya

Tren
Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tari Rangkuk Alu Jadi Google Doodle Hari Ini, Apa Alasannya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke