Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ki Seno Nugroho Meninggal Dunia, Simak Perjalanan Kariernya Selama Ini...

KOMPAS.com - Dalang asal Bantul, Yogyakarta, Ki Seno Nugroho tutup usia pada Selasa (3/10/2020) malam.

Dikutip Kompas.com, Rabu (4/11/2020) kabar meninggalnya Ki Seno Nugroho dibenarkan oleh salah satu sindennya, Ayu Purwa Lestari.

Menurut sinden lainnya Oriza, Ki Seno masih bercanda di grup WhatsApp pada Selasa (3/11/2020) siang.

Berikut perjalanan kariernya selama ini:

Dikutip dari salah satu videonya di channel Dalang Seno, dia memiliki "darah" dalang.

Ayah, kakek, hingga kakek buyutnya juga merupakan dalang. Ayahnya seorang dalang bernama Ki Suparman.

Dalam videonya itu dia menceritakan pada waktu kecil, ia sering ikut ayahnya mendalang. Namun saat itu masih belum tertarik menjadi dalang.

Suatu ketika, pada waktu SMP, ia diajak menonton Ki Mantep Sudarsono mendalang di Sasoho Hinggil Dwi Abad Yogyakarta.

"Dari situ saya melihat kepiawaian Pak Mantep mengolah wayang luar biasa. Sepulang pentas wayang itu saya terpacu, terpecut hati saya. Beliau pun bisa kenapa kita tidak bisa," katanya.

Dari kejadian itu, Ki Seno kemudian semangat belajar mendalang.

Dia menyukai gaya Ki Mantep dan berusaha mempelajarinya dengan datang ke setiap pentasnya di Jogja.

Meski acaranya berbayar, dia berusaha menyisihkan uang agar bisa datang.

Seno kemudian mulai bisa memainkan wayang. Dia juga memutuskan untuk belajar di Sekolah Menegah Karawitan Indonesia jurusan pedalangan.

Ketika menginjak kelas 2, ayahnya jatuh sakit.

Pada waktu itu pamannya, Ki Supardi, menasehatinya, jika bukan Seno yang melanjutkan perjuangan ayahnya lalu siapa lagi.

Hal itu melecut semangatnya untuk mulai mendalang.

Akan tetapi dia memiliki syarat, dia tak mau ayahnya melihat ketika dia mendalang. Dua hal yang melatarbelakangi syarat tersebut, pertama karena malu dan kedua takut dimarahi apabila salah dalam mendalang.

Ki Seno pertama kali menjadi dalang di Mrican. Saat malam pamannya mendalang, siangnya giliran Seno.

Pada awalnya berjalan lancar, tapi ketika Seno menengok ke belakang melihat ayahnya memainkan salah satu alat musik, dia grogi dan pecah konsentrasinya. Ayahnya lalu keluar.

Malam harinya dia diajak ke Pekalongan. Selepas ayahnya mendalang di sana, uangnya digunakan untuk membeli jajan. Padahal jajanan yang dibeli adalah pantangan bagi ayahnya.

Ayahnya pun senang, lantaran sudah ada penerus. Hal itu yang membuat apa pun permintaan Seno dikabulkan.

Mencari uang sendiri

Tidak berapa lama kemudian, ayahnya meninggal. Seno pun berusaha mencari uang sendiri dengan berbagai cara. Serabutan pun dilakoninya.

Perjuangannya menjadi seperti saat ini tidak mudah.

Menurutnya dirinya bisa sampai seperti saat ini tidak lepas dari bimbingan senior-seniornya, terutama Ki Mantep. Lantaran sering diajak manggung, meski belum punya nama.

Meskipun dia adalah dalang, dia tidak pernah menolak ajakan kolaborasi dengan pegiat seni lainnya.

Menurutnya sangat menyenangkan dan berkesan ketika bisa berkolaborasi dengan tokoh-tokoh seni terkenal lainnya.

Pada akhirnya dia telah menjelajah berbagai negara karena kemampuannya mendalang. Korea, Argentina, Belanda, dan Belgia merupakan sejumlah negara yang pernah dikunjunginya.

Salah satu pengalaman mendalangnya yang berkesan adalah saat dia mengikuti Festival Wayang Dunia di Buenos Aires. KBRI Argentina yang mengundangnya.

"Harusnya saya pentas satu kali. Tapi karena luar biasa animo penonton sampai saya pentas tiga kali," ujarnya.

Tak cukup sampai di situ, penonton masih menginginkan satu pentas lagi, tapi tidak bisa dilakukan Seno karena harus segera bertolak ke Indonesia.

"Saya sampai menangis melihat penonton. Karena di negara yang tidak tahu wayang yang wayangnya hanya muppet boneka itu, kita pentas dengan wayang kulit itu, penontonnya kayak antre tiket film box office. Luar biasa," ungkapnya.

Dalam bidang wayang, Seno telah sukses menggaet kalangan anak muda untuk menikmati wayang.

Dikutip Kompas.com, 13 Agustus 2019, dia menceritakan, kesuksesan menggaet anak muda yang rela duduk berjam-jam adalah karena dia mendalang dengan bahasa yang sederhana.

“Kami membuat (mementaskan) wayang itu diterima semua kalangan. Wayang identik dengan sastra atau bahasa yang sulit itu kita permudah saja," ujarnya.

Seno mengatakan cerita wayang maupun tuntunan dalam cerita dibuat simpel. Intinya semua dipermudah saja.

Saat pementasan, dirinya mengikuti keinginan penonton untuk lakon yang dimainkan. Meski sebenarnya sudah sering dimainkan, ia tidak mempermasalahkan yang terpenting kepuasan penonton.

"Satu lagi menonjolkan tokoh Bagong yang disenangi anak muda itu. Dia saya buat paling ndugal, ketika berhadapan kepada raja paling terhormat. Kalau sudah bagong marah diunek-unekke (dimarahi). Gleleng ning sembodo (Nakal tetapi bisa membuktikan), anak muda kan seperti itu kan. Jiwanya masih jiwa panas," ucapnya.

Seno mengaku menggunakan sarana media sosial untuk menyiarkan pementasannya cukup efektif mengenalkan wayang kepada anak muda.

“Anak sekarang SD saja sudah pegang HP, buka-nya konten YouTube atau nonton film atau apa. Kita coba lewat situ (YouTube) ternyata dan ini luar biasa. Semalam itu minimal 10 ribu penonton. Untuk pertunjukan tradisional lho Mas, itu luar biasa. Tembus 20 ribu (penonton) di Magelang kemarin,” imbuhnya.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/11/04/103500465/ki-seno-nugroho-meninggal-dunia-simak-perjalanan-kariernya-selama-ini-

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke