Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penderita Down Syndrome Disebutkan Lebih Berisiko Alami Kematian jika Terkena Covid-19, Apa Sebabnya?

KOMPAS.com – Sebuah studi baru menyebutkan seseorang dengan down syndrome memiliki empat kali lipat risiko rawat inap apabila terkena Covid-19.

Penelitian yang terbit pada Kamis (22/10/2020) itu juga menyebutkan, kondisi down syndrome memiliki risiko 10 kali lipat mengalami kematian dibandingkan mereka yang tidak.

Analisis tersebut terbit di Jurnal Annals of Internal Medicine sebagaimana dikutip dari CNN, 23 Oktober 2020.

Studi ini didasarkan dari sebuah penelitian yang melibatkan lebih dari 8 juta orang dewasa yang merupakan bagian dari proyek penilaian risiko virus corona yang disponsori pemerintah Inggris.

Dari 8,26 juta orang studi tersebut sebanyak 4.053 orang menderita down syndrom.

Dari jumlah tersebut, sebagaimana diberitakan CNN, 68 orang penyandang disabilitas ini meninggal dan 40 persen meninggal karena Covid-19.

Adapun 17 persen meninggal karena pneumonia dan 35 persen meninggal karena penyebab lain.

Angka-angka tersebut kemudian dibandingkan dengan lebih dari 41.000 orang tanpa down syndrome yang meninggal.

Hasilnya hanya 20 persen yang meninggal karena virus corona, 14 persen pneumonia dan 65 persen meninggal karena sebab lain.

Di Inggris sendiri, down syndrome tidak termasuk dalam panduan CDC Inggris maupun Kementerian Kesehatan sebagai kondisi yang akan membuat seseorang mengalami peningkatan risiko Covid-19.

"Namun itu terkait dengan disfungsi kekebalan, gagal jantung bawaan, dan patologi paru dan, mengingat prevalensinya, mungkin relevan meskipun faktor risiko yang belum dikonfirmasi untuk Covid-19 yang parah," para peneliti menyimpulkan.

Presiden dan CEO National Down Syndrome Society, Kandi Pickard mengatakan kelompoknya bersyukur studi ini fokus mengamati dampak Covid-19 pada penderita down syndrome.

"Sejak awal pandemi, kami prihatin dengan komunitas kami, terutama mengingat sejarah medis yang kompleks dari banyak anggota kami. Studi baru-baru ini menegaskan kekhawatiran kami,” kata Pickard.

Sementara itu, organisasi down syndrome lain di Inggris tengah berusaha mengeluarkan “Q & A terkait Coid-19 an Down Syndrome” yang merupakan panduan untuk para penyintas agar mereka lebih memahami.

Panduan ini dibuat karena adanya kemungkinan orang down syndrome lebih sulit berkomunikasi dan memahami informasi dengan cara berbeda yang mungkin membuat mereka kesulitan memahami jarak sosial, dan beragam cara tekait mencegah infeksi.

Menurut koalisi down syndrome, orang dengan down syndrome mungkin juga mengalami kesulitan memberi tahu orang lain ketika mereka merasa tidak enak badan.

Sehingga menurut mereka, para penyintas mungkin tidak menyampaikan kekhawatiran atau mencari perawatan medis dengan cepat.

Down syndrome sendiri merupakan kondisi genetik yang cukup umum di AS setiap tahunnya menurut CDC.

CDC menyebut setidaknya ada 6.000 bayi lahir dengan kondisi ini.

Sindrom ini terjadi pada 1 dari 700 bayi.

Pengertian down syndorem

Mengutip Mayo Clinic, down syndrome adalah kelainan genetik yang disebabkan adanya pembelahan sel yang abnormal yang menghasilkan salinan kromosom 21 yang penuh atau hanya sebagian.

Hal ini kemudian menyebabkan ciri fisik down syndrome.

Seseorang dengan down syndrome umumnya saat bayi berukuran normal, namun ia akan tumbuh terlambat dan lebih pendek dari anak lain yang usianya sama.

Sebagian besar dari down syndrome akan mengalami gangguan kognitif ringan hingga sedang.

Kemampuan berbahasanya tertunda dan memori jangka pendek maupun panjangnya terpengaruh.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/10/27/073100265/penderita-down-syndrome-disebutkan-lebih-berisiko-alami-kematian-jika

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke