Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Negara yang Dianggap Mematikan bagi Pejuang dan Aktivis Lingkungan

Menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh Global Witness baru-baru ini, 212 aktivis terbunuh pada 2019, naik 30 persen dari 2018 yang berjumlah 164.

Dari 212 orang itu, 40 persen di antaranya merupakan penduduk asli atau pemilik tanah.

Lebih dari dua pertiga kasus pembunuhan aktivis terjadi di Amerika Latin dengan Kolombia yang menduduki puncak daftar.

Meningkatnya konflik atas kelangkaan sumber daya lahan di masa meningkatnya permintaan konsumen global memaksa para pemimpin masyarakat adat dan tradisional untuk melindungi wilayah mereka.

"Masyarakat adat rentan terhadap serangan yang tidak proporsional," kata Juru Kampanye di Global Witness, Rachel Cox, dikutip dari DW, Selasa (28/7/2020).

Sementara itu, seorang peneliti di bidang keadilan lingkungan di Sussex University menyebut angka sebenarnya jauh lebih besar dari laporan itu.

Berikut lima negara yang mencatatkan tingkat kematian aktivis lingkungan tertinggi pada 2019:

Filipina

Filipina masih menjadi negara paling mematikan bagi aktivis lingkungan dengan 46 kematian atau meningkat 53 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Sebanyak 26 pembunuhan di antaranya terjadi berkaitan dengan agribisnis.

Koordinator Nasional Jaringan untuk Lingkungan Kalikasan, Leon Dulce, mengatakan, adanya kemungkinan kekerasan yang lebih besar pada waktu mendatang.

"Kami bersiap untuk lebih banyak kekerasan, seiring upaya pemerintah dalam memperluas pertambangan dan penebangan dengan dalih pemulihan ekonomi akibat Covid-19," kata dia.

Presiden Duterte juga menggunakan undang-undang anti-teror untuk menekan para aktivis dengan menyebut mereka sebagai penjahat.

Pulau Mindano masih menjadi lokasi terbanyak dengan 19 kasus pembunuhan terkait lingkungan. Penyerangan banyak dialami khususnya oleh warga pribumi atau masyarakat Lumad.

Brazil

Dorongan agresif Presiden Brazil Jair Bolsonaro untuk memperluas pertambangan berskala besar dan agribisnis di Amazon telah memaksa masyarakat adat berada di garis depan perlawanan ini.

Dari 2018 hingga 2019, deforestasi tanah adat meningkat sebesar 74 persen. Sementara 24 pembunuhan pembela tanah di Brazil, 90 persen di antaranya terjadi di Amazon.

Kekerasan di Amazon muncul ketika Bolsonaro memperkenalkan RUU kontroversial pada 2019 yang menyerukan legalisasi penambangan komersial di tanah adat.

Dia juga disebut "secara aktif mendorong kekerasan" terhadap para pembela tanah adat melalui pidato-pidato yang bermuatan kebencian.

Pada Juni tahun lalu, dilaporkan bahwa belasan penambang yang mengenakan seragam militer menyerbu komunitas Wajapi di Amazon Brazil, menikam dan membunuh salah satu pemimpinnya.

Meksiko

Sebanyak 18 pembela tanah dan pejuang lingkungan terbunuh pada 2019 di Meksiko.

Mereka yang terbunuh di antaranya Otilia Martínez Cruz (60) dan putranya Gregorio Chaparro Cruz (20) yang ditemukan tewas di luar rumah mereka di kota El Chapote, kawasan barat laut Meksiko pada 1 Mei 2019.

Pembunuhan terhadap para pembela pribumi Tarahumara itu diduga sebagai bentuk pembalasan atas upaya mereka dalam menghentikan deforestasi ilegal tanah leluhur mereka di Sierra Madre.

Honduras

Pembunuhan terhadap aktivis lingkungan di Honduras meningkat dari 4 orang pada 2018 menjadi 14 orang pada 2019.

Serangan mematikan terhadap aktivis sangat lazim menimpa perempuan, melanjutkan tren kenaikan sejak aktivis Honduras dan pemimpin adat Berta Caceres dibunuh secara brutal pada tahun 2016.

"Perempuan memiliki kepemimpinan penting dalam perang melawan perusahaan ekstraktif dan kelompok kriminal yang ingin mengambil tanah mereka," kata Pembela Hak Asasi Perempuan, Marusia Lopez.

Orang-orang Afro-pribumi Garifuna yang tinggal di pantai timur secara khusus menjadi sasaran pada tahun 2019 karena mempertahankan tanah mereka.

Romania

Dua penjaga hutan yang melawan penebangan liar terbunuh pada 2019.

Romania memiliki lebih dari setengah hutan purba yang tersisa di Eropa dan dijuluki sebagai "paru-paru Eropa".

Laporan Global Witness mencatat bahwa ada ratusan ancaman dan serangan terhadap penjaga hutan sebelum mereka dibunuh.

Meski masyarakat menentang pembalakan liar dan menuntut penyelidikan atas serangan itu, hingga saat ini tak ada yang dituntut.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/01/195700065/5-negara-yang-dianggap-mematikan-bagi-pejuang-dan-aktivis-lingkungan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke