Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal 4 Metode Pooling Test Covid-19, Disebut Bisa Hemat Waktu dan Uang

KOMPAS.com - Para ilmuwan mengatakan, pengujian secara luas diperlukan untuk mengendalikan wabah virus corona.

Namun, sejumlah negara menemui kendala berupa terbatasnya alat yang dibutuhkan untuk melakukan tes.

Pejabat kesehatan beberapa negara telah menggunakan strategi yang pertama kali diusulkan dalam Perang Dunia Kedua, yaitu group test atau pooling test atau pengujian kelompok. Menurut para peneliti, metode ini dapat menghemat waktu, reagen kimia, dan uang.

"Dalam pandemi saat ini, ada kebutuhan untuk menguji sejumlah besar pasien, menjadikan pengumpulan opsi yang menarik," kata ahli biologi sistem di Israel Institute of Technology, Roy Kishony, dikutip dari Nature, Jumat (10/7/2020).

China, India, Jerman, dan Amerika Serikat telah menggunakan metode pengujian kelompok itu.

Ada banyak cara untuk melakukan pengujian kelompok. Para ilmuwan juga negara sedang bereksperimen dengan metode terbaik untuk melakukan ini selama pandemi.

Empat metode yang sedang diuji saat ini adalah:

Strategi paling mudah untuk pengujian kelompok diusulkan oleh ekonom Robert Dorfman sekitar 1940-an untuk menguji penyakit sifilis pada tentara.

Dalam metode ini, jumlah sampel yang sama dicampur dan diuji satu kali. Kelompok sampel dengan hasil negatif dikesampingkan.

Sementara kelompok yang memiliki hasil positif, setiap sampel dalam kelompok itu kemudian diuji ulang secara individu.

Para peneliti memperkirakan ukuran kelompok yang paling efisien adalah menggunakan jumlah tes paling sedikit berdasarkan prevalensi virus di masyarakat.

Pada Mei 2020, pejabat di Wuhan, China menggunakan metode pooling test ini sebagai bagian dari upaya mereka untuk menguji sebagian besar populasi kota yang mencapai 10 juta tes dalam dua minggu.

Sekitar 2,3 juta orang diuji kelompok dengan 5 sampel dalam satu kelompok dan 56 orang yang terinfeksi diidentifikasi.

Menurut para peneliti, metode ini paling efisien pada tingkat infeksi yang rendah atau sekitar 1 persen dari populasi.

Versi lain yang lebih canggih melibatkan penambahan lebih banyak putaran tes kelompok, sebelum menguji setiap sampel secara terpisah.

Namun, penambahan putaran dapat mengurangi jumlah orang yang perlu diuji secara individual. Selain itu, pendekatan ini juga lambat karena membutuhkan waktu beberapa jam untuk mendapatkan hasil setiap tes kelompok.

"Ini adalah penyakit yang tumbuh cepat dan menyebar cepat. Kami membutuhkan jawaban yang jauh lebih cepat daripada yang dapat diberikan oleh pendekatan ini," kata ahli biologi teoretis di African Institute for Mathematical Sciences, Rwanda, Wilfred Ndifon.

Ndifon dan rekan-rekannya telah memperbaiki strategi Dorfman untuk diujicobakan di Rwanda dengan mengurangi jumlah tes yang diperlukan.

Pada putaran pertama tes kelompok mereka sama dengan Dorfman. Tetapi untuk kelompok yang positif, mereka mengusulkan putaran kedua dengan membagi sampel di antara kelompok yang tumpang tindih.

Mereka menganalogikan metode ini dengan sebuah matriks persegi dengan sembilan unit.

Sampel di setiap baris diuji sebagai satu kelompok, sementara sampel di setiap kolom diuji sebagai satu kelompok, sehingga menghasilkan total enam tes dengan sampel masing-masing orang dalam dua kelompok.

Jika sampel mengandung RNA virus SARS-CoV-2, kedua tes kelompok akan positif, sehingga mudah untuk mengidentifikasi orang tersebut.

Ndifon, yang merupakan bagian dari Gugus Tugas Covid-19 Rwanda mengatakan, pengujian kelompok adalah bagian dari strategi pemerintah untuk dengan cepat mengidentifikasi dan mengisolasi orang yang terinfeksi.

Dia dan rekan-rekannya memperkirakan bahwa metode mereka dapat memotong biaya pengujian dari 9 dollar AS per orang menjadi 75 sen.

Namun, seorang ahli virologi molekuler di Saarland University Medical Center di Hamburg, Jerman Sigrun Smola yang telah menguji sampel dalam kelompok hingga 20 orang, tidak merekomendasikan untuk mengelompokkan lebih dari 30 sampel dalam satu tes.

Hal itu untuk memastikan akurasi pengujian yang cukup.

Beberapa peneliti bahkan menganggap dua putaran pengujian terlalu banyak ketika mencoba untuk mengekang virus yang menyebar cepat seperti SARS-CoV-2.

Seorang ilmuwan komputer di Indian Institute of Technology Bombay di Mumbai Manoj Gopalkrishnan mengatakan, teknisi laboratorium harus menunggu hasil dari putaran pertama yang justru bisa memperlambat proses pengujian.

Sebaliknya, Gopalkrishnan mengusulkan melakukan semua tes dalam satu putaran.

Metode itu melibatkan pencampuran sampel dalam kelompok yang berbeda dengan menggunakan teknik penghitungan yang dikenal sebagai Kirkman triples, yaitu menetapkan aturan tentang bagaimana sampel harus didistribusikan.

Dia menganalogikan dengan sebuah matriks datar yang setiap barisnya mewakili satu tes dan setiap kolom mewakili satu orang.

Secara umum, setiap tes harus mencakup jumlah sampel yang sama dan sampel setiap orang harus diuji dalam jumlah yang sama.

Namun, ilmuwan lain mengatakan bahwa strategi satu langkah memerlukan lebih banyak tes untuk memastikan tingkat akurasi yang sama.

"Pendekatan satu langkah juga berarti bekerja dengan sejumlah besar sampel sekaligus dan bisa jadi rumit. Tidak mungkin bagi teknisi untuk melakukan pengumpulan ini. Anda akan membutuhkan sistem robot," kata ahli informatika di Texas A&M University di College Station.

Indonesia

Melihat masih rendahnya tingkat tes virus corona di Indonesia, metode pooling test atau group test dapat menjadi alternatif untuk dilakukan. 

Epidemiolog Dicky Budiman menyebutkan opsi tersebut bisa dilakukan di Indonesia untuk mempercepat pelacakan persebaran virus dengan menguji lebih banyak sampel individu.

"Melihat kondisi secara umum dimana penyebaran pada tingkat komunitas sudah banyak terjadi di wilayah Indonesia, juga melihat jumlah penduduk kita yang relatif besar, strategi selain peningkatan jumlah, kapasitas, dan utilitas dari lab pemeriksanaan Covid-19, saya melihat ada strategi lain, yaitu dengan pooling testing," kata Dicky dikutip Kompas.com, Jumat (29/5/2020).

https://www.kompas.com/tren/read/2020/07/13/192700165/mengenal-4-metode-pooling-test-covid-19-disebut-bisa-hemat-waktu-dan-uang

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke