Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

1,19 Juta Terinfeksi, Peneliti Sebut Virus Corona Dapat Menyebar hingga Jarak 8 Meter

KOMPAS.com - Angka kasus infeksi virus corona jenis baru penyebab Covid-19 masih terus bertambah dari hari ke hari.

Melansir data Worldometers per Minggu (5/4/2020) pagi, tercatat sebanyak 1.196.944 kasus infeksi virus corona di dunia.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 246.110 dinyatakan sembuh dari Covid-19, sementara 64.580 orang lainnya meninggal dunia.

Penelitian tentang virus corona baru ini pun terus dilakukan yang menghasilkan berbagai temuan. Salah satunya yakni, tetesan yang mengandung virus corona disebut dapat menyebar hingga 27 kaki atau sekitar 8,2 meter saat seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin.

Keterangan ini disampaikan oleh seorang peneliti MIT yang mempublikasikannya dalam Journal of the American Medical Association (JAMA).

Dalam penelitian ini, disebutkan bahwa "awan gas" dari pernapasan dapat menyebar pada jarak 23 hingga 27 kaki atau sekitar 7-8 meter.

Mengutip Business Insider, profesor di MIT dan ahli di bidang dinamika cairan Lydia Bourouiba ini, menyarankan perbaikan aturan jarak fisik untuk membatasi risiko paparan virus corona.

Dia juga menggarisbawahi kemampuan virus untuk menyebar lebih luas dari yang telah dilaporkan sebelumnya. 

Selain itu, konsensus ilmiah juga butuh diperbarui untuk secara penuh dapat menangani pandemi ini.

"Meskipun upaya seperti strategi social distancing atau physical distancing di waktu sekarang cukup kritis, tetapi mungkin tampak mengejutkan bahwa pemahaman saat ini tentang rute penularan dalam penyakit infeksi pernapasan didasarkan pada model penularan yang dikembangkan tahun 1930-an," tulis Lydia sebagaimana dikutip The Independent.

Ia menambahkan, adanya kombinasi yang beragam dari fisiologi seorang individu pasien dan kondisi lingkungan seperti kelembapan dan suhu, tetesan yang mengandung virus corona dalam berbagai ukuran ini dapat mencapai jarak 23 hingga 27 kaki.

Lydia juga menyebut bahwa peralatan medis yang digunakan mungkin menjadi tidak efektif.

"Sementara, keefektifan masker bergantung pada kemampuan masker untuk menangkap atau mengalihkan tetesan yang mengandung virus ini," kata Lydia.

Belum ada kepastian jarak aman 

Lydia mengatakan, hingga kini ia sendiri tidak dapat dengan pasti menjawab berapa jarak aman yang dibutuhkan untuk mencegah penularan virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19 ini.

"Jika memungkinkan, di ruang yang terbatas, maka menjaga jarak yang lebih besar akan lebih baik," tulis Lydia.

Sementara, Direktur National Institute of Allergy and Infectious Disease Dr Anthony Fauci mendesak kehati-hatian dengan penelitian MIT ini selama pertemuan di Gedung Putih, Selasa (31/3/2020).

Menurutnya, keterangan yang disampaikan oleh Lydia dapat ditafsirkan secara salah. Sebab, kondisi tersebut hanya berlaku pada orang dengan bersin yang sangat kuat.

Sebelumnya, penelitian yang telah dilakukan oleh Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) mengungkap bahwa RNA virus corona masih tetap ada setelah 17 hari kapal Diamond Cruise berada di Jepang.

Saat itu, peneliti mengatakan, RNA SARS-CoV-2 diidentifikasi di berbagai jenis permukaan pada kabin penumpang, baik yang terinfeksi dengan gejala maupun yang tidak.

Hingga kini, berbagai penelitian masih terus dijalankan dan diperbarui terkait dengan virus corona baru ini. Sebab, masih banyak hal yang belum diketahui secara pasti tentang virus corona ini.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/05/164500865/119-juta-terinfeksi-peneliti-sebut-virus-corona-dapat-menyebar-hingga-jarak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke