Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Masa Inkubasi Virus Corona 14 Hari, Rata-rata Gejala Muncul pada Hari Ke-5

KOMPAS.com – Virus corona jenis baru penyebab Covid-19 masih terus diteliti. Masih banyak yang belum diketahui dengan pasti mengenai virus SARS-CoV2, varian baru dari keluarga coronavirus ini.

Salah satu hal yang masih diteliti para peneliti adalah terkait masa inkubasi virus.

Masa inkubasi adalah waktu antara seseorang terpapar hingga dirinya menunjukkan gejala awal.

“Biasanya akhir masa inkubasi ditandai dengan timbulnya gejala seperti batuk dan demam. Mencari tahu berapa lama waktu yang diperlukan sampai gejala itu muncul sangat relevan bagi Anda untuk berpikir mengenai berapa lama Anda harus benar-benar memantau orang untuk memastikan mereka tak terinfeksi,” ujar Lauren Ancel Meyers, seorang profesor biologi integratif dari Universias Texas, seperti diberitakan Business Insider, 10 Maret 2020.

Melansir Worldometers, WHO dan Pusat Pengendalian Pencegahan Penyakit Amerika Serikat meyakini bahwa masa inkubasi virus adalah 2 hingga 14 hari.

Sementara itu, studi lain menyebutkan, periode inkubasi penyakit bisa lebih lama, yakni sampai 24 hari.

Dari penelitian tersebut, diketahui bahwa masa inkubasi rata-rata dari virus corona adalah 5 hari.

Para peneliti Johns Hopkins menganalisis dari 181 kasus virus corona yang terdeteksi pada 4 Januari 2020 hingga 24 Februari 2020 di luar Provinsi Hubei, China.

Mereka fokus pada kasus-kasus di mana pasien sakit setelah melakukan perjalanan ke sebuah provinsi dengan diagnosis dikonfirmasi di tempat lain. Tujuannya, agar lebih memudahkan untuk mengurai periode inkubasi tiap pasien.

Hasil dari analisis para peneliti tersebut menunjukkan, rata-rata masa inkubasi virus corona adalah 5,1 hari.

Penelitian lainnya, seperti dituliskan Worldometers, sebuah studi di China yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine pada 30 Januari 2020 menemukan bahwa periode inkubasi rata-rata 5,2 hari.

Tim China yang melakukan penelitian itu menyebutkan, temuan mereka mendukung periode pengamatan medis 14 hari untuk orang yang terpapar patogen.

Perkiraan tersebut selaras dengan periode inkubasi pada virus corona jenis lain seperti SARS yang juga memiliki masa inkubasi 5 hari.

“Ini memberi Anda gambaran mengenai seberapa cepat virus akan menyebar, jika Anda ingin memproyeksikan berapa banyak pasien yang Anda temui,” ujar Stephen Morse, seorang ahli epidemiologi Universitas Columbia.

Ini juga membantu menginformasikan kepada Departemen Kesehatan mengenai berapa lama mereka perlu memantau orang yang berisiko tanpa kehilangan kasus.

Apakah karantina 14 hari cukup?

Amerika Serikat dan banyak negara lain telah merumuskan kebijakan karantina berdasarkan masa inkubasi 14 hari.

Meski demikian, terdapat sejumlah kekhawatiran bahwa periode 2 minggu tidak cukup.

Penelitian yang diterbitkan Journal of American Medical Association menunjukkan, masa inkubasi pasien adalah 19 hari.

Studi lain juga menyebut masa inkubasi hingga 24 hari.

Akan tetapi, para peneliti Johns Hopkins berpandangan, berdasarkan perhitungan yang mereka lakukan, untuk 10.000 orang yang dikarantina selama 14 hari, hanya 101 orang yang mengalami gejala setelah menjalani masa karantina.

“Berdasarkan analisis kami terhadap data yang tersedia untuk umum, rekomendasi saat ini yaitu 14 hari untuk pemantauan aktif atau karantina masuk akal, meskipun dengan periode itu, beberapa kasus akan terlewatkan dalam jangka panjang,” ujar Justin Lessler dari Asosiasi  Professor di Departemen Epidemiologi Bloomberg.

https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/02/120300765/masa-inkubasi-virus-corona-14-hari-rata-rata-gejala-muncul-pada-hari-ke-5

Terkini Lainnya

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Tren
Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Tren
Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Selalu Merasa Lapar Sepanjang Hari? Ketahui 12 Penyebabnya

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 13-14 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

[POPULER TREN] UKT dan Uang Pangkal yang Semakin Beratkan Mahasiswa | Kronologi Kecelakaan Bus Subang

Tren
7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

7 Gejala Stroke Ringan yang Sering Diabaikan dan Cara Mencegahnya

Tren
Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana, Izin Kendaraan Mati, Pengusaha Harus Dipolisikan

Tren
8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

8 Tanda Batu Ginjal dan Cara Mencegahnya

Tren
400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

400 Produk Makanan India Ditandai Mengandung Kontaminasi Berbahaya

Tren
Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Kecelakaan Maut Rombongan SMK di Subang dan Urgensi Penerapan Sabuk Pengaman bagi Penumpang Bus

Tren
'Whistleblower' Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

"Whistleblower" Israel Ungkap Kondisi Tahanan Palestina, Sering Alami Penyiksaan Ekstrem

Tren
9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

9 Negara Tolak Palestina Jadi Anggota PBB, Ada Argentina-Papua Nugini

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke