Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hari Ini dalam Sejarah: 15.000 Orang Meninggal karena Kepungan Gas Beracun di Bhopal

Kepungan gas beracun di Kota Bhopal total disebut merenggut belasan ribu nyawa.

Peristiwa itu menjadi kecelakaan industri terburuk sepanjang sejarah dan menyebabkan kota Bhopal dikepung oleh gas beracun.

Dikutip dari History, Bhopal merupakan sebuah kota yang memiliki jumlah penduduk hampir satu juta jiwa.

Pada Minggu, 2 Desember 1984, sekitar 100 pekerja yang bekerja pada shift akhir tengah malakukan proses pembuatan pestisida Sevin.

Proses ini melibatkan pencampuran karbon tetraklorida, metil isosianat (MIC), dan alfa-napthol.

Selama dua belas jam berikutnya, terjadi serangkaian kesalahan yang berakibat meledaknya tanki penyimpanan MIC.

Akibatnya, sekitar 45 ton gas berbahaya itu menyebar dalam area 40 kilometer setelah sebuah katup pada tempat penyimpanan pecah akibat kuatnya tekanan dari dalam.

Kepala Perwakilan Union Carbide S. Kumaraswamy mengatakan, gas tersebut berasal dari salah satu dari tiga tangki penyimpanan bawah tanah, seperti diberitakan Harian Kompas, 4 Desember 1984.

"Biasanya, tiap kebocoran akan dinetralisasi oleh caustic soda. Tetapi nampaknya dalam kecelekaan ini tekanan yang kuat dari dalam membuat gas MIC keluar tanpa sempat dinetralisasi," kata Kumaraswamy.

Ia juga menyebut bahwa kebocoran telah ditutup sekitar pukul 01.40 dinihari dan tidak ada kebocoran lagi.

Meski telah terjadi ledakan gas di pabrik, tetapi sirine pabrik baru dibunyikan dua jam setelah penduduk sekitar menjadi korban karena terkena dampaknya.

Sementara itu, polisi dan petugas kesehatan baru datang ke lokasi kejadian pada pagi harinya.

Pemberitaan Harian Kompas, 6 Desember 1984, menyebutkan, dalam tiga hari, lebih dari 1.400 orang meninggal dan sekitar 200.000 orang dirawat di rumah sakit.

Sebagian besar korban meninggal dunia adalah wanita, anak-anak, dan orang lanjut usia yang tidak bisa lari serta mereka yang ketika musibah terjadi dalam keadaan tidur nyenyak.

"Kami merasa tercekik dan mata kami terbakar. Kami hampir tidak bisa melihat jalan di tengah kabut dan suara sirine mengaung. Kami tidak tahu harus lari kemana," kata Ahmad Khan, salah seorang pendudukan Bhopal.

Sementara itu, Mayor Polisi Girish Tiwari mengatakan, semua orang yang masih hidup lari kebingungan.

"Setiap orang bingung. Para ibu tidak tahu bahwa anak-anak mereka sudah mati. Anak-anak pun tidak tahu bahwa ibu mereka mati dan para lelaki tak tahu seluruh keluarganya mati," kata Girish.

Banyaknya korban meninggal membuat rumah sakit-rumah sakit tak lagi mampu menampung korban.

Mayat-mayat hanya dijajarkan dalam di lapangan rumput dekat tempat penyimpanan mayat.

Britannica mencatat, korban tewas terakhir diperkirakan mencapai 15.000 hingga 20.000 jiwa.

Sementara, sekitar setengah juta orang yang selamat menderita masalah pernapasan, iritasi mata atau kebutaan.

Selain itu, sekitar 10-20 persen dari mereka hilang ingatan dan mengalami kerusakan saraf.

Kendati telah membuat puluhan ribu nyawa melayang, para pemilik pabrik Union Carbide tak ada yang diadili.

https://www.kompas.com/tren/read/2019/12/03/060506665/hari-ini-dalam-sejarah-15000-orang-meninggal-karena-kepungan-gas-beracun-di

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke