KOMPAS.com - Daulah Abbasiyah merupakan khalifah ketiga setelah masa Nabi Muhammad, yang didirikan oleh keturunan dari paman Nabi, yakni Abbas bin Abdul-Muttalib.
Dinasti Abbasiyah secara resmi berkuasa setelah menggulingkan Bani Umayyah pada tahun 750 dan mempertahankan kekuasaannya selama lima abad, yakni hingga tahun 1258.
Pada masa pemerintahannya, Kekhalifahan Abbasiyah dikenal berhasil menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dunia.
Cara-cara Dinasti Abbasiyah membangun peradaban ilmu tidak hanya membawa manfaat bagi umat Islam, tetapi berdampak luas bagi perkembangan ilmu pengetahuan dunia.
Berikut ini cara Dinasti Abbasiyah dalam mengembangkan ilmu.
Baca juga: Perkembangan Ilmu Tafsir pada Masa Dinasti Abbasiyah
Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Abbasiyah dapat berjalan pesat berkat upaya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing
Khalifah Bani Abbasiyah mendukung dengan memberikan pendanaan untuk penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan dari bahasa asing ke bahasa Arab.
Gerakan penerjemahan buku-buku asing dibagi dalam tiga fase, yaitu:
Penerjemahan buku-buku meluas ke berbagai bidang ilmu sesuai dengan perkembangan zaman.
Itulah salah satu cara yang dilakukan Dinasti Abbasiyah dalam memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan umat Islam.
Baca juga: Perkembangan Seni Musik pada Masa Daulah Abbasiyah
Tidak hanya kegiatan penerjemahan, perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman Daulah Abbasiyah didukung pula oleh kegiatan penyusunan dan mengumpulkan buku sebanyak mungkin.
Pemerintahan Abbasiyah memandang buku sebagai jendela dunia.
Produksi buku di masa Dinasti Abbasiyah dilakukan secara besar-besaran.
Hasil penelitian para ulama dikumpulkan dan disusun menjadi buku-buku untuk memastikan ilmu pengetahuan yang terkandung di dalamnya mudah dipelajari dan diakses generasi mendatang.
Inisiatif ini memastikan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya berlangsung dalam satu generasi, tetapi juga mewariskannya kepada generasi-generasi berikutnya.
Baca juga: Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Dinasti Abbasiyah
Kunci kesuksesan dari pengembangan ilmu pengetahuan oleh Dinasti Abbasiyah adalah dengan mendirikan pusat kegiatan ilmu pengetahuan.
Kekhalifahan Abbasiyah mendirikan Baitul Hikmah, pusat ilmu pengetahuan sekaligus menjadi perpustakaan.
Baitul Hikmah merupakan salah satu perpustakaan terbesar di dunia pada masa keemasan Islam sekaligus simbol kemajuan ilmu pengetahuan di era keemasan Islam.
Pasalnya, pada masa itu, perpustakaan beroperasi mirip dengan universitas di zaman modern.
Baitul Hikmah digunakan sebagai perpustakaan, pusat penerjemahan teks-teks kuno dari Yunani, dan pusat keilmuan pada masa kejayaan Islam.
Di Baitul Hikmah banyak kegiatan penerjemahan teks kuno dari bahasa Yunani, China, serta Sanskerta, ke bahasa Arab dan beberapa bahasa lainnya.
Terjemahan itu meliputi berbagai bidang keilmuan, mulai dari matematika, fisika, biologi, astronomi, hingga sastra.
Di Baitul Hikmah pula, lahir ilmuwan-ilmuwan Islam yang masyhur, seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Al-Ghazali, Al-Khawarizmi, dan Al-Battani.
Peran ilmuwan muslim dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Daulah Abbasiyah pun sangat besar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.