Dibandingkan kota lain, Kandangan juga dengan mudah mengibarkan bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Kota lain di Kalimantan Selatan yang cukup awal menerima berita proklamasi adalah Kota Baru, yang mendapat informasi dari para pelaut Suku Bugis, Batak dan Jawa.
Secara geografis, Kota Baru letaknya berdekatan dengan laut yang menjadi tempat persinggahan para pelaut dari Jawa yang sedianya akan berlayar menuju Sulawesi pada bulan September.
Baca juga: 3 Tokoh yang Mengibarkan Bendera Merah Putih saat Proklamasi
Samarinda di Kalimantan Timur memperoleh berita kemerdekaan Indonesia sekitar satu bulan setelah peristiwa proklamasi di Jakarta, yakni pada pertengahan September.
Seperti halnya di Samarinda, di kota lain yakni Sanga-sanga, berita proklamasi juga baru sampai sekitar satu bulan kemudian ketika dibawa oleh seorang petugas penerima berita dari stasiun radio Tentara Sekutu bernama Sudirin.
Berita kemerdekaan disampaikan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, oleh Hadhariyah M, F Mohani, Hamli Tjarang dan Abdurrahman Noor.
Berita tersebut disebarkan melalui pamflet-pamflet pada 1 Oktober 1945.
Setelah itu, berita proklamasi menyebar ke wilayah sekitar seperti Puruk Cahu, Martapura, Marabahan, dan Pelaihari, ketika dibawa oleh tentara Australia yang bertugas melucuti tentara Jepang.
Baca juga: Perubahan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Setelah Diketik
Pada 2 Oktober 1945, berita proklamasi kemerdekaan sampai di Singkawang dan Bengkayang di Kalimantan Barat.
Berita ini disampaikan oleh Ya’ Ahmad Dundik, seorang pemuda anggota PRRI yang ditugaskan untuk menyebarkan berita proklamasi.
Sambas di Kalimantan Barat justru mendengar berita proklamasi dari siaran radio Sarawak.
Rakyat Sambas kemudian mendapatkan kepastian mengenai berita proklamasi dari dua orang pemuda yang bernama Zainuddin Nawawi dan Gifni Ismail yang tinggal di Pontianak.
Baca juga: Mengapa Soekarno-Hatta Menemui Nishimura Sebelum Proklamasi?
Pemangkat, yang letaknya berdekatan dengan Sambas, juga menerima berita proklamasi pada pertengahan Oktober 1945 dari seorang pemuda Desa Semparuk bernama M Akir.
Ia membawa berita tersebut saat pulang dari perantauannya di Semarang.
Kota Waringin mendengar berita proklamasi kemerdekaan secara langsung dari para pelaut dan para pejuang yang berlayar dari Jawa melalui pelabuhan Pangkalan Bun, Sampit, Kuala Kapuas, Pagatan, dan Pulau Pisang.