Pada 9 Agustus 1945, Soekarno, Mohammad Hatta, Radjiman Wedyodiningrat, dr. Suharto (dokter pribadi Sukarno), Letnan Kolonel Nomura, dan penerjemah Kapten Miyoshi, berangkat menuju Saigon, Vietnam, menggunakan pesawat militer.
Di hari keberangkatan mereka itulah, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom kedua di Kota Nagasaki.
Pada awalnya, pertemuan akan diadakan di Saigon, yang merupakan markas besar Jenderal Terauchi.
Namun, karena saat itu Saigon sedang banjir, akhirnya pertemuan diadakan di Dalat.
Baca juga: Taktik Kooperatif pada Masa Pendudukan Jepang
Ketiga tokoh Indonesia baru tiba di Dalat pada 11 Agustus, karena sempat transit di Singapura dan Saigon.
Pertemuan mereka dengan Jenderal Terauchi dilakukan keesokan harinya, yakni pada 12 Agustus 1945.
Sebagaimana disingung sebelumnya, yang dibicarakan Soekarno dan kawan-kawannya dengan Terauchi di Vietnam adalah mengenai rincian pembentukan PPKI, yang telah dirancang pada 7 Agustus.
Kepada tiga tokoh nasionalis, Gunseikan Mayor Jenderal Yamamoto menegaskan bahwa pemilihan anggota PPKI juga dilakukan langsung oleh Jenderal Terauchi.
Pertemuan di Dalat, juga membahas tentang kemerdekaan Indonesia. Karena posisi Jepang berada di ujung tanduk, Marsekal Terauchi menjanjikan bahwa pihaknya memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.
Terauchi menyatakan bahwa kemerdekaan Indonesia dapat diumumkan jika persiapan yang dilakukan oleh PPKI sudah selesai.
Kendati demikian, pemerintah Jepang menyarankan agar kemerdekaan Indonesia dinyatakan pada 24 agustus 1945, karena perlu waktu untuk melakukan berbagai persiapan.
Baca juga: Apa yang Terjadi di Indonesia Setelah Jepang Menyerah kepada Sekutu?
Selain itu, Terauchi menyampaikan bahwa Jepang akan memberikan seluruh wilayah bekas jajahan Belanda kepada Indonesia, tetapi kemerdekaannya diberikan secara bertahap sesuai dengan kondisi yang ada di setiap wilayah, bukan secara serentak.
Setelah pembicaraan tersebut, Soekarno, Hatta, dan Radjiman, kembali ke Indonesia pada 14 Agustus 1945 dan menyampaikan hasil pertemuan mereka kepada tokoh-tokoh pergerakan nasional lainnya.
Setibanya tiga tokoh di Indonesia, ternyata Jepang menyerah kepada Sekutu. Hal ini sempat menimbulkan perbedaan pandangan antara golongan tua dengan golongan muda.
Golongan tua seperti Soekarno memilih untuk tetap pada rencana awal, yaitu bersidang terlebih dulu dengan PPKI.
Sedangkan golongan muda ingin kemerdekaan Indonesia segera dinyatakan tanpa campur tangan pihak lain, terutama Jepang.
Pada akhirnya, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945, tanpa campur tangan ataupun menunggu tanggal yang disarankan Jepang.
Referensi: