KOMPAS.com - Masjid Al-Aqsa dan Dome of The Rock merupakan dua bangunan yang terletak di jantung Kota Tua Yerusalem.
Dua bangunan tersebut berdiri di sebuah bukit yang dikelilingi dinding dan dikenal oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount, sedangkan umat Islam menyebutnya Al-Haram Ash-Sharif (Tempat Suci yang Mulia).
Kawasan ini merupakan tempat yang dianggap suci oleh tiga agama samawi, yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi.
Temple Mount diyakini sebagai lokasi di mana dua kuil Yahudi kuno pernah berdiri. Sedangkan umat Islam menyucikannya sebagai kiblat pertama umat Muslim sekaligus saksi bisu perjalanan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW.
Keberadaan Masjid Al-Aqsa dan Dome of The Rock kerap menjadi sorotan ketika konflik Israel-Palestina memanas.
Namun, miskonsepsi antara Dome of The Rock dan Masjid Al-Aqsa masih sering terjadi.
Baca juga: Sejarah Pembebasan Baitul Maqdis oleh Umar bin Khattab
Tidak sedikit yang mengira bangunan Dome of The Rock adalah Masjid Al-Aqsa.
Di samping itu, ada pula yang menyebut Dome of The Rock, yang notabene bukan sebuah masjid, sebagai masjid kubah emas.
Agar tidak salah pengertian, berikut ini dipaparkan mengenai perbedaan Masjid Al-Aqsa dengan Dome of The Rock.
Istilah Masjid Al-Aqsa sebenarnya merujuk pada keseluruhan kompleks Al-Aqsa, yang meliputi seluruh ruang salat yang ada di dalam dinding, termasuk Masjid Al-Qibli, Masjid Buraq, Masjid Marwani, juga bangunan Dome of The Rock atau Kubah Shakhrah.
Area Masjid Al-Aqsa biasa difungsikan sebagai tempat beribadah umat Islam, ruang komunitas, serta pusat budaya dan sejarah.
Namun, tidak sedikit yang menganggap Masjid Al-Aqsa hanyalah bangunan Masjid Al-Qibli.
Baca juga: Sejarah Masjid Al Aqsa, Jadi Rebutan Israel dan Palestina
Di dalam bangunan inilah, biasanya tempat imam memimpin salat, sedangkan para jemaah atau makmum menempati area luas di belakangnya.
Tidak diketahui secara pasti kapan Masjid Al-Aqsa dibangun untuk pertama kalinya.
Pendapat yang diyakini sebagian besar ulama adalah Masjid Al-Aqsa dibangun oleh Nabi Ibrahim, kemudian direnovasi oleh beberapa nabi setelahnya.
Sedangkan orang Yahudi menyebut Al-Aqsa dibangun pertama kali oleh Nabi Daud dan diselesaikan oleh Nabi Sulaiman.
Satu yang pasti, Masjid Al-Aqsa pernah roboh akibat diserbu oleh bangsa Babilonia.
Masjid Al-Aqsa kemudian dibangun kembali di era para khalifah Islam yang memerintah setelah wafatnya Nabi Muhammad.
Baca juga: Kisah Isra Miraj Nabi Muhammad
Penampilan Masjid Al-Aqsa saat ini adalah kompleks yang dibangun secara permanen oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan, yang memerintah Kekhalifahan Daulah Umayyah antara tahun 685 sampai 705.
Pembangunannya terus disempurnakan oleh putranya, Khalifah Al Walid bin Abdul Malik (705-715).
Dalam sejarahnya, Masjid Al-Aqsa juga pernah direnovasi oleh Dinasti Abbasiyah, Dinasti Fatimiyah, Dinasti Ayyubiyah, hingga Kekhalifahan Utsmaniyah.
Ada dua miskonsepsi yang paling sering menyelubungi bangunan Dome of The Rock.
Dome of The Rock, selain sering disebut sebagai Masjid Al-Aqsa, juga kerap dikira sebagai bangunan masjid.
Dome of The Rock memiliki kubah berwarna keemasan dan dinding biru bermotif yang amat mencolook.
Baca juga: Abdul Malik bin Marwan, Khalifah yang Membangun Dome of the Rock
Padahal, Dome of the Rock bukanlah bangunan masjid untuk umat Islam melaksanakan salat, tetapi memang dianggap suci dan menjadi tempat para peziarah.
Sejarah Dome of The Rock dibangun pada masa Dinasti Umayyah, lebih tepatnya oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan antara tahun 685 hingga 691.
Bangunan Dome of The Rock didirikan di tengah-tengah di kompleks Masjid Al-Aqsa, dengan arsitektur cantik berupa mozaik ayat-ayat Al Quran.
Mulanya, kubah Dome of The Rock tidak berwarna emas dan telah runtuh pada tahun 1015.
Setelah dibangun kembali pada tahun 1022, tampilan luar Dome of The Rock berubah secara signifikan, terutama di era Kesultanan Turki Utsmani dan periode setelahnya.
Dikatahui bahwa kubah berlapis emas bangunan ini merupakan sumbangan dari Raja Yordania, yang mulai diaplikasikan pada tahun 1960-an dan 1993.
Baca juga: Mengapa Malaikat Jibril Membelah Dada Nabi Muhammad?
Batu yang ada di Dome of The Rock memiliki makna keagaaman bagi umat Yahudi. Mereka menyebutnya sebagai Batu Fondasi atau Batu Mulia, tempat Nabi Ibrahim akan mengorbankan Ishak.
Sedangkan umat Islam mempercayai bahwa batu yang menjadi isi Dome of The Rock menjadi pijakan Nabi Muhammad untuk naik ke langit ketika melakukan Isra Miraj.
Umat muslim juga percaya bahwa dua jejak kaki di batu tersebut adalah jejak kaki Nabi Muhammad dan Malaikat Jibril.
Dapat disimpulkan, istilah Masjid Al-Aqsa sebenarnya bukan merujuk pada satu bangunan masjid, tetapi keseluruhan kompleks Al-Aqsa yang meliputi sejumlah bangunan masjid dan Dome of The Rock.
Meski ada pula yang menggunakan istilah Masjid Al-Aqsa untuk merujuk pada satu bangunan saja, yakni Masjid Al-Qibli yang memiliki kubah berwarna abu-abu.
Sedangkan Dome of The Rock adalah bangunan berkubah emas di kompleks Masjid Al-Aqsa, yang juga disucikan tetapi bukan masjid untuk melaksanakan ibadah salat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.