Akhirnya, Sunan Giri kecil diangkat anak oleh Nyai Gede Pinatih dan diberi nama Joko Samudro, karena ditemukan di laut atau samudra.
Saat beranjak dewasa, Joko Samudro berguru kepada Sunan Ampel di Surabaya.
Baca juga: Gubahan Sunan Giri sebagai Media Dakwah
Setelah mengetahui identitas Joko Samudro yang sebenarnya, Sunan Ampel mengirimnya ke Pasai untuk berguru kepada Maulana Ishaq.
Saat itulah, Joko Samudro bertemu dengan sang ayah dan mengetahui cerita masa kecilnya.
Dari Pasai, Sunan Giri sempat menimba ilmu ke Mekkah, sebelum akhirnya menyebarkan Islam di Jawa.
Nama Sunan Giri didapatkan ketika Joko Samudro mendirikan sebuah pesantren sebagai penunjang dakwah Islamnya di sebuah perbukitan di Gresik, yang kini masuk dalam wilayah Desa Sidomukti, Kecamatan Kebomas.
Pesantren tersebut dinamakan Pesantren Giri, karena berada di daerah pegunungan. Giri dalam bahasa Jawa artinya gunung.
Dari situlah panggilan Sunan Giri didapatkan dan dakwah Islamnya melalui pendidikan pesantren dimulai.
Baca juga: Wali Songo dan Wilayah Penyebarannya
Selain berdakwah melalui pendidikan, Sunan Giri juga menyebarkan ajaran Islam melalui kesenian, terutama lewat lagu dan permainan.
Lagu-lagu ciptaan Sunan Giri yang mengandung nilai-nilai Islam antara lain, Cublak-Cublak Suweng, Gula Ganti, dan Padhang Bulan.
Sebagai media dakwah kepada anak-anak, ia menciptakan permainan Jelungan, Jamuran, dan Gendi Gerit.
Seperti halnya Wali Songo yang lain, Sunan Giri juga menarik hati masyarakat luas dengan merangkul tradisi setempat dan memadukannya dengan ajaran Islam, seperti selametan dan upacara-upacara lainnya.
Cara dakwah inilah, Sunan Giri mudah diterima dan yang membuat banyak masyarakat bersedia memeluk agama Islam.
Baca juga: Biografi Sunan Gresik, Wali Songo Pertama yang Berdakwah di Jawa
Sunan Giri juga merupakan salah satu tokoh Wali Songo yang ahli dalam bidang politik dan tata negara.
Sepeninggal Sunan Ampel, Sunan Giri diangkat menjadi pemimpin para wali di seluruh Jawa.