Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dandi Supriadi, MA (SUT), PhD,
Dosen Jurnalistik

Kepala Kantor Komunikasi Publik Universtas Padjadjaran. Dosen Program Studi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad. Selain minatnya di bidang Jurnalisme Digital, lulusan pendidikan S3 bidang jurnalistik di University of Gloucestershire, Inggris ini juga merupakan staf peneliti Pusat Studi Komunikasi Lingkungan Unpad.

Jurnalisme Musikal Alternatif Kontemporer

Kompas.com - 19/02/2024, 12:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Hingga detik ini, jurnalisme terus berkembang dan masuk ke berbagai platform yang disukai publik, demi tersebarnya produk karya jurnalisme seluas mungkin.

Tidak lagi menjadi keanehan ketika kita dapat mengakses karya jurnalisme melalui medium interaktif yang tadinya dimaksudkan untuk berkomunikasi sosial, seperti Tiktok, IG Story, IG Reels, bahkan Spotify.

Perkembangan tersebut sejalan dengan peningkatan kebutuhan manusia akan informasi yang spesifik dan sesuai kebutuhan.

Maka lahirlah berbagai genre jurnalisme spesialisasi di dunia, seperti jurnalisme olahraga, jurnalisme ekonomi, jurnalisme kriminal, bahkan ada pula jurnalisme perang (yang tidak langsung berseberangan dengan istilah jurnalisme damai).

Sehubungan dengan musik, sejauh ini mungkin yang lebih populer adalah istilah jurnalisme musik (music journalism), hadir bersanding dengan jurnalisme spesialisasi lainnya.

Namun perlu diperhatikan: jurnalisme musikal bukanlah jurnalisme musik!

Jurnalisme musik lebih merujuk kepada kegiatan jurnalisme yang membahas masalah musik. Karya jurnalismenya lebih banyak dilihat sebagai bentuk dari kegiatan kritik budaya serta sebagai kemampuan sensorik untuk mendengar dan menjelaskan pengetahuan mengenai musik secara subjektif (Resmadi, 2018).

Sementara jurnalisme musikal adalah bentuk upaya alternatif jurnalis dalam mempresentasikan feature and documentary dengan cara memadukan karya jurnalisme investigasi atau jurnalisme sosial dengan musik orisinil.

Seperti yang diungkapkan kelompok Resonate Productions sebagai penggagasnya, kombinasi ini dengan tujuan membangun suasana emosional yang pada gilirannya akan menambah nilai terhadap konteks laporan yang disajikan (Resonate Productions, 2018).

Resonate Productions

Resonate Productions dibangun di Amsterdam (Belanda) oleh para jurnalis yang berkolaborasi dengan seniman musik. Berdasarkan observasi, kelompok ini berdiri tahun 2018, sesuai dengan waktu mereka bergabung di media sosial.

Dalam situsnya, Resonate Productions menjelaskan kegiatan mereka sebagai create performances, podcasts, films, and music-infused articles on emotional blind spots in society.

Yang dimaksud dengan emotional blind spots, menurut versi mereka, adalah perasaan sekaligus fenomena sosial yang sangat memengaruhi hidup orang banyak secara mendalam, tapi sulit untuk disampaikan dengan kata-kata.

Untuk itu, mereka berkarya untuk menyampaikan produk riset jurnalisme yang luas dari berbagai belahan dunia dengan menambahkan elemen musik orisinil, menciptakan rasa kuat, sehingga memungkinkan pendengarnya mengakses topik-topik jurnalisme tersebut di tingkat rasional, emosional, bahkan subliminal dalam satu waktu (Andrea Voets, direktur Resonate Productions).

Lalu seperti apa implementasi jurnalisme musikal ini?

Apabila melihat karya-karya yang dipresentasikan oleh Resonate Productions, pada praktiknya jurnalisme musikal sebenarnya dapat dilihat sebagai bentuk pengemasan dari karya jurnalisme konvensional.

Ini dapat dilihat dari material yang digunakan dalam karya musik mereka, yang berasal dari proyek investigasi atau riset jurnalisme.

Materi informasi yang mereka presentasikan sebenarnya merupakan hasil dari kegiatan jurnalisme biasa, bahkan diterbitkan di media cetak sebelum kemudian menjadi karya jurnalisme musikal.

Karya aslinya yang berupa teks feature atau artikel dapat diunduh di laman mereka dalam bentuk pdf.

Namun demikian, tidak semua karya jurnalisme konvensional dapat dijadikan karya musikal. Melihat dari contoh-contoh karya Resonate Productions, pilihan karya jurnalisme yang mereka tampilkan bukan hanya sekadar straight news atau feature biasa, melainkan artikel tentang fenomena di berbagai belahan dunia yang diliput secara mendalam.

Ini yang kemudian mendekatkan jurnalisme musikal yang mereka usung dengan karya feature and documentary.

Isu yang diambilnya kerap kontroversi yang melibatkan peraduan budaya, sejarah, dan politik. Isu semacam itu memang memerlukan pendalaman lebih dari sekadar membaca, karena terdapat banyak fenomena yang hanya dapat dirasakan secara emosional.

Hal itu dapat dilihat dan dirasakan pada karya-karya Resonate Producions yang telah dipertunjukkan dalam lima tahun terakhir ini.

Contohnya, seri Millenial History terdiri dari beberapa feature and documentary tentang kejadian dunia yang spesial dalam sejarah kehidupan generasi milenial.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com