Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dandi Supriadi, MA (SUT), PhD,
Dosen Jurnalistik

Kepala Kantor Komunikasi Publik Universtas Padjadjaran. Dosen Program Studi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad. Selain minatnya di bidang Jurnalisme Digital, lulusan pendidikan S3 bidang jurnalistik di University of Gloucestershire, Inggris ini juga merupakan staf peneliti Pusat Studi Komunikasi Lingkungan Unpad.

Jurnalisme Musikal Alternatif Kontemporer

Kompas.com - 19/02/2024, 12:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Salah satunya adalah perbincangan tentang runtuhnya "Tembok Berlin", yang bagi mereka yang mengalaminya tentu mengandung kesan emosional mendalam.

Karya jurnalisme musikal dapat dilihat dalam berbagai bentuk presentasi musik. Pada kasus Resonate Productions, karya-karya mereka banyak dijadikan pertunjukan live di panggung-panggung kesenian, baik di Belanda maupun di negara-negara lain.

Dalam pertunjukan tersebut, para musisi tampil di panggung dengan berbagai instrumen musik, memainkan beberapa karya audio yang sesuai dengan suasana yang dibangun oleh artikel.

Artikel biasanya ditampilkan dalam bentuk video di latar belakang panggung.

Posisi Jurnalisme Musikal dalam Studi Kewartawanan

Melihat pertunjukan dan karya audio visual yang ada, jurnalisme musikal secara teoretis dapat dijelaskan sebagai implementasi dari fungsi musik sebagai pembangun nuansa/mood.

Seperti yang muncul dalam studi perfilman, musik merupakan salah satu elemen yang berperan dalam memperkuat mood, nuansa, serta suasana. Musik dapat merupakan bagian dari cerita (diegetic) dan dapat pula terpisah (non diegetic) (Pratista, 2017).

Pada kasus jurnalisme musikal, musik yang ada bahkan muncul menjadi keduanya, baik diegetic maupun non diegetic.

Dalam satu waktu, musik hadir sebagai pengiring atau backsound. Namun dalam satu kesempatan, musik yang ada justru menjadi unsur utama dalam karya jurnalisme yang dipresentasikan.

Dari pengalaman mengamati praktik jurnalisme musikal oleh kelompok Resonate Productions, didapat kesimpulan bahwa inti jurnalisme musikal adalah membangun pengertian publik yang lebih luas dan intrinsik terhadap informasi yang mereka dapatkan.

Bukan hanya fakta empiris, namun juga mendapatkan hal-hal di luar yang terlihat, pada akhirnya memberikan kesan lebih dalam terhadap pengetahuan yang diserap oleh otak mereka.

Simpulan tersebut melahirkan setidaknya dua pertanyaan kritis. Pertama, sejauh mana prinsip objektivitas jurnalisme terpelihara dalam karya jurnalisme musikal?

Sementara dalam studi kewartawanan konvensional, objektivitas adalah kunci utama dalam karya jurnalisme.

Pertanyaan ini muncul karena perdebatan yang ada tentang fungsi musik dalam karya jurnalisme. Saat musik hadir, ia akan memengaruhi perasaan khalayak sebuah karya jurnalisme yang memungkinkan timbulnya pengertian lebih luas tentang konteks informasi di dalamnya.

Di satu pihak, hal tersebut menilai positif karena memberi "kedalaman" pada karya jurnalisme tersebut.

Di pihak lain, karya tersebut menjadi tidak objektif karena produsernya tentu menggunakan seleranya sendiri dalam membangun nuansa.

Sementara persepsi setiap orang pada dasarnya tidak pernah sama. Ada kemungkinkan kesan yang dimaksud secara subjektif oleh produser karya tersebut diterima berbeda oleh khalayak yang mengaksesnya.

Pertanyaan kedua, sejauh mana jurnalisme musikal dapat masuk menjadi genre baru jurnalisme kontemporer?

Apakah ini benar-benar karya jurnalisme, ataukah hanya sekadar bentuk pengemasan baru yang menjadi bagian dari pertunjukkan seni?

Kedua pertanyaan ini menjadi bagian dari perkembangan jurnalisme musikal di dunia kewartawanan ini. Studi lebih lanjut secara akademis tentunya akan menemukan jawabanya.

Namun demikian, waktu jugalah yang akan membawan jurnalisme musikal membuktikan diri apakah ia akan berkembang menjadi wadah kontemporer yang dapat diandalkan dalam melestarikan prinsip-prinsip jurnalisme, ataukah hanya menjadi salah satu genre dalam dunia seni pertunjukan musikal.

Mari bersama kita amati, dan jangan lupa untuk menikmatinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com