Kedua negara tersebut mengakui kesendirian sebagai masalah sosial, bukan masalah individu, dan mulai mengambil keputusan untuk mengatasi kesendirian di tingkat pemerintahan.
Pemerintah Korea juga telah melahirkan “Undang-undang Pencegahan dan Penanganan Kematian karena Kesepian” sejak 1 April 2021, yang bertujuan mencegah kematian karena kesepian dan meningkatkan kesejahteraan di tingkat nasional.
Oleh karena itu, pemerintah Korea harus menetapkan setiap lima tahun rencana dasar untuk pencegahan kematian karena kesepian dan mengidentifikasi status terkini dengan melakukan survei dan menganalisis statistik.
Shin Jun-Seo (the Argus, 18/04/ 2022), menyebutkan bahwa beberapa sebab kematian dalam kesepian antara lain karena hidup yang terisolasi dan meningkatnya pertumbuhan rumah tangga (household) dengan satu orang saja anggotanya.
Menurut Kantor Statistik Nasional Korea Selatan, pada 2019, jumlah rumah tangga dengan satu orang di Korea adalah 6,14 juta, dengan tiga dari 10 rumah tangga merupakan rumah tangga dengan satu orang.
Selain itu, kaum muda merupakan bagian terbesar dari rumah tangga yang hanya dihuni satu orang.
Statistik juga menunjukkan bahwa rumah tangga dengan satu orang lebih cenderung muncul sebagai populasi yang kesepian dan miskin dibandingkan dengan keluarga lajang yang kaya dan mewah.
Penyebab lain dari kematian dalam sepi bisa terjadi karena faktor internal maupun eksternal.
Ubedilah Badrun (Kompas.com, 15/1/2024) menyebutkan bahwa dari faktor internal, biasanya dipicu oleh individunya yang sedang sakit yang tidak ingin diketahui orang lain, atau karena depresi tidak menerima derita yang dialaminya.
Dari faktor eksternal, contohnya adalah tekanan kehidupan sosial ekonomi yang sangat berat membuat dirinya depresi dan memilih jalan menyerah dengan menutup diri dari kehidupan sosialnya.
Faktor eksternal yang sangat berbahaya adalah ketika masyarakat sekitarnya juga hidup dalam situasi yang sama-sama asosial.
Mereka adalah masyarakat yang individualistik atau masyarakat yang tidak guyub, tidak saling peduli, tidak saling mengenal secara dekat satu sama lain, atau masyarakat yang tidak memiliki kohesifitas sosial yang sehat.
Pertama adalah manusia membutuhkan sentuhan. Baik sentuhan fisik, sentuhan psikis maupun sentuhan sosial.
Sentuhan sangat penting untuk perkembangan sosial dan emosional manusia. Sentuhan dapat memfasilitasi komunikasi dan meningkatkan kenyamanan di akhir hidup.
Individu dan masyarakat yang saling berinteraksi sosial sedikit banyak meningkatkan kohesi sosial dan berkontribusi kepada pengurangan isolasi sosial.