Pada 10 Oktober 1839, Pangeran Albert dari Saxe-Coburg-Gotha tiba di London untuk berkujung.
Albert berasal dari keluarga Duchess of Kent dan merupakan sepupu pertama Ratu Victoria.
Baca juga: Edward VIII, Raja Inggris yang Turun Takhta demi Cinta
Di Istana Kensington, Albert berbagi pelajaran dengan Victoria dan mereka menjadi teman dekat.
Pada 15 November 1839, ia kembali ke Jerman. Kemudian, pada 23 November di tahun yang sama, Victoria memanggil dewan penasihat ke Istana Buckingham untuk menyatakan niatnya menikahi Pangeran Albert.
Pada 10 Februari 1840, Albert dan Victoria melangsungkan pernikahan di Kapel Kerajaan Istana St James.
Pangeran Albert mengenakan seragam marshal lapangan Inggris, sedangkan Sang Ratu mengenakan kain satin putih dengan hiasan bunga jeruk, karangan bunga pengantin, dan kerudung renda Honiton.
Meskipun Albert secara resmi diberi gelar Prince Albert, dia dikenal juga sebagai The Prince Consort selama 17 tahun berikutnya.
Kemudian, pada 29 Juni 1857, Ratu Victoria secara resmi memberinya gelar Prince Consort.
Queen Victoria dan Prince Albert memiliki 9 anak, yaitu, Princess Victoria, Prince Edward, Princess Alice Maud Mary, Prince Alfred, Princess Helena Augusta Victoria, Princess Louise, Prince Arthur William Patrick Albert, Prince Leopold, and Princess Beatrice.
Pada 14 Desember 1861, Albert meninggal dunia karena demam tifoid di Kastil Windsor.
Kematiannya benar-benar menghancurkan Ratu Victoria. Ia menjalani masa berkabung dan mengenakan pakaian hitam selama sisa hidupnya.
Victoria menghindari penampilan publik dan jarang terlihat.
Ia pun dikritik secara luas dan pengasingan itu membuatnya mendapat julukan Widow of Windsor.
Pengasingan diri Victoria dari publik berdampak pada popularitas monarki.
Meskipun tetap menjalankan beberapa tugas resmi pemerintahan, dia memilih untuk tetap mengasingkan diri di kediaman kerajaan, yakni di Balmoral di Skotlandia, Osborne House di Pulau Wight, dan Kastil Windsor.
Baca juga: Kenapa Inggris Disebut The Black Country?