Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Zackir L Makmur
Wartawan

Gemar menulis, beberapa bukunya telah terbit. Suka catur dan humor, tertawanya nyaring

Penjilatan Kekuasaan dalam Mitologi, Seni, dan Sastra (Bagian II)

Kompas.com - 19/01/2024, 16:19 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tokoh-tokoh dalam kisah-kisah seperti "Macbeth" karya William Shakespeare atau "Animal Farm" karya George Orwell, menggambarkan perjalanan moral yang melibatkan penjilatan kekuasaan yang demikian.

Maka seni dan sastra menjadi kanvas yang memungkinkan penggambaran yang mendalam tentang kompleksitas karakter manusia.

Melalui nuansa kecerdasan dan kedalaman emosional, karya-karya seni dan sastra membawa pembaca atau penonton untuk merenung pada naluri manusiawi yang seringkali kontradiktif.

Jadinya kisah-kisah penjilatan kekuasaan tidak hanya menggambarkan kelemahan individu, tetapi juga menyajikan peringatan etis yang mendalam tentang konsekuensi moral dari keinginan berlebihan untuk kekuasaan.

Dalam seni rupa kontemporer, tema penjilatan kekuasaan juga memunculkan refleksi kritis terhadap realitas politik. Karya seni ini seringkali menggugah kesadaran kolektif terhadap dampak penjilatan kekuasaan terhadap masyarakat.

Dengan demikian, keterkaitan antara kisah-kisah penjilatan kekuasaan dalam karya seni dan sastra menciptakan narasi yang kuat tentang naluri manusiawi yang mendalam.

Karya-karya ini bukan hanya mencerminkan realitas politik, tetapi juga menantang audiens untuk merenung tentang hakikat keinginan manusia untuk mencari keuntungan pribadi.

Sebagai cermin sosial, seni dan sastra memberikan sudut pandang yang kaya dan nuansawan terhadap dinamika kekuasaan.

Maka melalui pemahaman ini, diharapkan untuk dapat lebih baik memahami dan merespons perjalanan manusia dalam menghadapi ambisi dan penjilatan kekuasaan.

Bukan semata-mata pada kisah-kisah mitologi dan karya seni, menjilat kekuasaan juga secara logika analisis dapat pula terkuak motif dasarnya. Dari sini terkuak bahwa naluri manusiawi seringkali menjadi pendorong utama di balik praktik menjilat kekuasaan.

Hal itu yang terus menghiasi lanskap kehidupan manusia sepanjang sejarah. Keterkaitan antara cerita-cerita penjilat kekuasaan dengan mitologi, karya seni dan sastra, pada logika ini terkuak gambaran kompleks tentang fitrah manusia yang terus mewarnai perjalanan sejarah dan budaya manusia.

Manusia, secara alamiah, didorong oleh naluri untuk mencari keamanan, kenyamanan, dan keunggulan dalam lingkungan sosial mereka.

Dalam konteks politik, kekuasaan dianggap sebagai sumber utama untuk mencapai keinginan ini. Lantas dari sini memunculkan praktik menjilat kekuasaan sebagai strategi yang dilakukan oleh individu demi mengamankan posisi jabatan, atau meraih keuntungan.

Selain itu dalam arena politik dan sosial dengan adanya ketidakpastian seringkali menjadi konstan yang tak terhindarkan.

Perubahan kekuasaan, dinamika politik yang tak terduga, dan situasi sosial yang berubah, menjadi pemicu bagi individu untuk mencari cara menghadapi ketidakpastian tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com