Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Houthi, dari Gerakan Perdamaian ke Pusat Konflik Dunia

Kompas.com - 12/01/2024, 19:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sepeninggal Hussein Al-Houthi, kepemimpinan milisi pemberontak Yaman ini berada di tangan Abdul-Malik al-Houthi.

Peperangan berakhir dengan perjanjian gencatan senjata pada 2010.

Pada 2011, Houthi kembali ambil bagian dalam pemberontakan melawan Presiden Saleh, untuk menolak transformasi Yaman menjadi negara federal dengan enam wilayah.

Apabila wacana itu berjalan, Provinsi Saada, yang menjadi basis sekaligus benteng pertahanan bagi Houthi, akan dihubungkan dengan wilayah Sanaa.

Kelompok Houthi menuntut pembagian kekuasaan yang lebih besar dalam pemerintahan federal dan wilayah utara ditetapkan sebagai wilayahnya sendiri.

Dalam dokumen yang dirilis oleh situs WikiLeaks, analis pertahanan Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa Houthi tidak akan menuntut kemerdekaan, hanya otonomi daerah saja.

Houthi kemudian memanfaatkan rasa frustrasi yang meluas terhadap pemerintah dan kenaikan harga bahan bakar, untuk menggalang dukungan serta mendapatkan konsesi politik.

Pemberontakan tersebut berujung pada penggulingan Presiden Saleh pada Februari 2012. Sejak itu, Houthi lebih banyak berpartisipasi dalam konflik sektarian.

Baca juga: Biografi Habib Umar bin Hafidz, Pembaru Islam dari Yaman

Pengaruh Houthi semakin kuat setelah kelompok ini mencetak serangkaian kemenangan penting atas pemerintah dan kelompok-kelompok lawan.

Houthi mendapat dukungan politik yang kuat di Yaman pada awal 2014, ketika mereka bangkit untuk melawan Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi, pengganti Presiden Saleh, untuk mundur.

Kelompok Houthi juga menuntut bentuk pemerintahan yang lebih representatif, dengan kursi yang dialokasikan kepada kelompok politik dan aktivis independen.

Dalam pidatonya saat itu, Al-Houthi menuding pemerintah Yaman sebagai boneka AS yang acuh tak acuh terhadap tuntutan yang benar dan tulus dari rakyat.

Dalam perang saudara Yaman ini, Houthi membentuk kesepakatan dengan mantan presiden Saleh untuk mengembalikannya ke puncak kekuasaan.

Pada Februari 2015, Houthi merebut ibu kota Yaman, Sana'a, hingga memaksa Presiden Hadi melarikan diri ke luar negeri.

Baca juga: Intifada Pertama, Perlawanan Palestina terhadap Pendudukan Israel

Sebulan kemudian, Arab Saudi melakukan intervensi militer ke Yaman dalam upaya menghentikan Houthi dan mengembalikan kekuasaan Presiden Hadi.

Upaya Saudi juga didukung oleh Uni Emirat Arab (UAE) dan Bahrain.

Kelompok Houthi masih dapat melawan serangan-serangan dari koalisi negara Arab dan terus menguasai sebagian besar wilayah Yaman.

Mereka membunuh Ali Abdullah Saleh pada 2017, ketika mencoba beralih ke pihak Saudi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com