KOMPAS.com - Prasasti Sitopayan II ditemukan di Desa Sitopayan, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara.
Prasasti ini ditulis dalam aksara Jawa Kuno dan aksara Batak, dengan menggunakan bahasa Melayu dan Batak.
Menurut Robert von Heine Geldern, tulisan pada Prasasti Sitopayan II merupakan contoh paling awal dari aksara Batak.
Dengan kata lain, prasasti ini menjadi salah satu bukti awal perkembangan aksara Batak.
Lantas, apa isi Prasasti Sitopayan II?
Baca juga: Prasasti Gosari, Tinggalan Era Majapahit di Dinding Karst
Prasasti Sitopayan II ditemukan pada tahun 1930-an, dan kini disimpan di Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara.
Prasasti ini berbahan batu andesit, yang dituliskan pada sebuah lapik di bagian bawah arca Lokanatha.
Isi Prasasti Sitopayan II sangat pendek, hanya terdiri dari dua baris kalimat yang terpahat pada bidang horizontal salah satu sisi lapik arca batu.
Karena beberapa huruf pada prasasti sudah aus, timbul perbedaan pembacaan antara Rita Margaretha Setianingsih dan pembacaan FDK. Bosch.
Berikut ini transkripsi Prasasti Sitopayan I berdasarkan hasil pembacaan Rita Margaretha Setyaningsih.
Pu sapta hang buddhi sang imba hang langgar tat la itu
barbwat tapah nanggang byara sang raja
Terjemahan:
Pu sapta, hang buddhi, sang imba, dan hang langgar tatkala itu
Membuat (tempat) bertapa wihara sang raja
Baca juga: Isi Prasasti Lubuk Layang di Pasaman
Adapun transkripsi dari Prasasti Sitopayan 1 berdasarkan hasil pembacaan FDK Bosch adalah sebagai berikut.
Pu sapta hang budhi sang ini ba hang langgar tat(k?) laitu
babwat biyara paduka ?r? mah?r?ja
Terjemahan:
Ini adalah satu tugu peringatan pu sapta hang budhi sang imba dan hang langgar
mengingat jasa beliau membina vih?ra untuk Sr? Mah?r?ja
Prasasti Sitopayan II menyebutkan adanya empat tokoh, yakni Pu Sapta, Hang Buddhi, Sang Imba, dan Hang Langgar.
Empat orang tersebut diceritakan membangun wihara untuk Sri Maharaja.
Sosok Sri Maharaja, yang merujuk pada nama gelar seorang raja, yang diduga berkuasa di wilayah Padang Lawas Utara.
Baca juga: Isi Prasasti Dawangsari, Ajakan untuk Beriman dan Berbuat Baik
Prasasti Sitopayan II merupakan prasasti pendek yang isinya tidak menyebutkan adanya unsur-unsur lengkap, seperti penyebutan manggala (seruan kepada dewa), unsur penanggalan, nama penguasa, alasan pembuatan prasasti, larangan/kutukan, pelaksanaan upacara penetapan sima, dan penulis prasasti.
Berdasarkan bentuk dan ciri-ciri aksaranya, FDK Bosch menduga bahwa prasasti ini dibuat pada abad ke-13.
Senada dengan itu, Goris berargumen bahwa nama Sapta, Buddhi, Imba, dan Langgar, merupakan sebuah chandrasangkala (kronogram) yang mewakili angka 7, 5, 1, dan 1.
Analisis ini memunculkan dugaan bahwa Prasasti Sitopayan dibuat pada tahun 1157 Saka atau 1235 Masehi.
Referensi:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.