Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhir Hidup Napoleon Bonaparte, dari Pengasingan hingga Kematian

Kompas.com - 16/10/2023, 11:00 WIB
Rebeca Bernike Etania,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

Hal ini membuat Napoleon menjalani bentuk pemberontakan yang aneh, menutup jendela rumah dan mengukir lubang mata kecil di dalamnya agar bisa melihat keluar tanpa terlihat.

Ia juga merancang jalur yang tenggelam di taman untuk membuat lebih sulit terlihat oleh para perwira.

Walaupun sudah diasingkan, Napoleon tetap mempertahankan protokol kerajaan, dengan para pria berpakaian militer dan wanita berbalut gaun berhias.

Ia juga mengisi waktu dengan beberapa kegiatan, seperti mendiktat memoarnya, menulis buku tentang Julius Caesar, belajar bahasa Inggris, dan bermain kartu.

Bahkan, ia bermain kartu begitu banyak hingga berbagai versi solitaire (permainan kartu yang juga dikenal sebagai patience).

Pada akhirnya, kondisi hidupnya mulai memberikan dampak pada kesehatan Napoleon yang mulai menurun secara drastis.

Ia mengalami nyeri perut, sembelit, muntah, dan tubuhnya melemah.

Pada Februari 1821, sekitar empat tahun setelah kedatangannya di St Helena, Napoleon menyadari bahwa ajalnya sudah dekat.

Ia berdamai dengan Gereja Katolik setelah hubungan yang penuh gejolak (yang pada satu titik melibatkan penculikan Paus) dan mengakui dosa serta menerima sakramen terakhir.

Pada 5 Mei 1821, ia meninggal dunia pada usia 51 tahun.

Baca juga: Pulau Elba, Tempat Pengasingan Napoleon Bonaparte

Apa penyebab kematian Napoleon Bonaparte?

Tak lama setelah Napoleon meninggal, autopsi dilakukan oleh dokternya, Francesco Antommarchi.

Selama prosedur ini, jantung dan ususnya diangkat dan ditempatkan dalam bejana yang tersegel, suatu tindakan standar untuk jenazah para penguasa.

Namun, Antommarchi juga memotong penis Napoleon dan hingga saat ini tidak ada yang tahu alasannya.

Penis tersebut kemudian diselundupkan keluar dari pulau oleh rohannya hingga akhirnya dibeli dan dijual selama bertahun-tahun oleh berbagai pihak.

Penis Napoleon pun akhirnya dipamerkan pada 1927 di Museum Seni Perancis di New York City, di mana majalah TIME membandingkannya dengan sehelai tali sepatu yang disiksa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com