Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhir Hidup Napoleon Bonaparte, dari Pengasingan hingga Kematian

Kompas.com - 16/10/2023, 11:00 WIB
Rebeca Bernike Etania,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Keberhasilan militer dan reformasi besar di bidang hukum serta birokrasi di seluruh benua menjadi sorotan pada kehidupan Napoleon Bonaparte.

Namun, periode terakhir dalam kehidupan Napoleon tak kalah mencengangkan, dengan pengasingan nan memalukan, kematian misterius pada usia 51 tahun, dan serangkaian peristiwa pasca-kematiannya yang tidak biasa.

Setelah mengalami kekalahan akhir dalam Pertempuran Waterloo pada 1815, Napoleon turun takhta dan menyerah kepada Inggris.

Alih-alih menjatuhkan hukuman mati, pihak Inggris memilih mengasingkan Napoleon ke Saint Helena, sebuah pulau yang dikuasai Inggris di Samudera Atlantik Selatan, salah satu lokasi paling terpencil di dunia.

Berikut ini kisah akhir hidup Napoleon Bonaparte.

Baca juga: Kapan Napoleon Bonaparte Diasingkan?

Pengasingan di Pulau Saint Helena

Pulau kecil yang hanya memiliki luas sekitar 10 x 5 mil dengan tebing-tebing curam, terlihat sebagai pemandangan suram ketika Napoleon pertama kali melihatnya. 

Napoleon kemudian dipindahkan ke Longwood House, sebuah properti yang telah rusak parah dan sangat lembap, bahkan sudah penuh dengan jamur.

Para pelayan Napoleon kabarnya mengeluh pilek, radang tenggorokan, lantai yang lembap, dan pasokan makanan kurang baik.

Salah satu dari rombongan 28 orang yang menemani Napoleon adalah Comte de Las Cases.

Ia menggambarkan Longwood House sebagai pondok yang menyedihkan dan berukuran beberapa kaki persegi.

Pulau ini juga tampaknya dihuni oleh tikus, sehingga kemudian dijadikan ikon oleh kartunis politik dari seluruh Eropa sebagai kesempatan untuk mengejek Napoleon yang kalah.

Sebuah kartun politik Jerman dari periode tersebut mengejek situasinya, dengan satu batalyon tikus melayani Napoleon daripada pengikut istananya. 

Sebuah kartun Perancis menunjukkan Napoleon tidur di tenda, sedangkan tikus di pantai merencanakan pemberontakan dengan keterangan "Bahkan tikus pun tidak menginginkannya".

Gubernur Inggris yang baru di pulau ini, Hudson Lowe, bertekad agar Napoleon tidak dapat melarikan diri dari pengasingannya, seperti saat ia kabur dari pengasingan pertamanya di Elba.

Oleh karena itu, Lowe membatasi gerak Napoleon, memantau korespondensinya, dan memerintahkan agar pemimpin militer Perancis itu dilihat langsung oleh perwira Inggris beberapa kali sehari.

Baca juga: 21 Juni 1813: Berakhirnya Perang Vitoria, Spanyol Lepas dari Genggaman Napoleon Bonaparte

Hal ini membuat Napoleon menjalani bentuk pemberontakan yang aneh, menutup jendela rumah dan mengukir lubang mata kecil di dalamnya agar bisa melihat keluar tanpa terlihat.

Ia juga merancang jalur yang tenggelam di taman untuk membuat lebih sulit terlihat oleh para perwira.

Walaupun sudah diasingkan, Napoleon tetap mempertahankan protokol kerajaan, dengan para pria berpakaian militer dan wanita berbalut gaun berhias.

Ia juga mengisi waktu dengan beberapa kegiatan, seperti mendiktat memoarnya, menulis buku tentang Julius Caesar, belajar bahasa Inggris, dan bermain kartu.

Bahkan, ia bermain kartu begitu banyak hingga berbagai versi solitaire (permainan kartu yang juga dikenal sebagai patience).

Pada akhirnya, kondisi hidupnya mulai memberikan dampak pada kesehatan Napoleon yang mulai menurun secara drastis.

Ia mengalami nyeri perut, sembelit, muntah, dan tubuhnya melemah.

Pada Februari 1821, sekitar empat tahun setelah kedatangannya di St Helena, Napoleon menyadari bahwa ajalnya sudah dekat.

Ia berdamai dengan Gereja Katolik setelah hubungan yang penuh gejolak (yang pada satu titik melibatkan penculikan Paus) dan mengakui dosa serta menerima sakramen terakhir.

Pada 5 Mei 1821, ia meninggal dunia pada usia 51 tahun.

Baca juga: Pulau Elba, Tempat Pengasingan Napoleon Bonaparte

Apa penyebab kematian Napoleon Bonaparte?

Tak lama setelah Napoleon meninggal, autopsi dilakukan oleh dokternya, Francesco Antommarchi.

Selama prosedur ini, jantung dan ususnya diangkat dan ditempatkan dalam bejana yang tersegel, suatu tindakan standar untuk jenazah para penguasa.

Namun, Antommarchi juga memotong penis Napoleon dan hingga saat ini tidak ada yang tahu alasannya.

Penis tersebut kemudian diselundupkan keluar dari pulau oleh rohannya hingga akhirnya dibeli dan dijual selama bertahun-tahun oleh berbagai pihak.

Penis Napoleon pun akhirnya dipamerkan pada 1927 di Museum Seni Perancis di New York City, di mana majalah TIME membandingkannya dengan sehelai tali sepatu yang disiksa.

Jadi, apa yang penyebab kematian Napoleon?

Penyebab kematian Napoleon Bonaparte telah menjadi bahan perdebatan oleh ahli sejarah dan ilmu medis selama 200 tahun terakhir.

Antommarchi mengatakan bahwa kematian Napoleon disebabkan oleh kanker lambung.

Pada 1961, seorang toksikolog Swedia menyatakan bahwa sebenarnya Napoleon telah diracuni dengan arsenik dan menuding salah satu pengikutnya sebagai pelaku pembunuhan.

Peneliti lain menunjukkan bahwa, pada era itu, arsenik ditemukan dalam berbagai bahan yang digunakan sehari-hari sehingga orang terus-menerus terpapar.

Namun, banyak juga peneliti yang mendukung pernyataan Antommarchi bahwa penyebab kematian Napoleon Bonaparte mungkin tukak lambung atau kanker lambung.

Meskipun belum tahu penyebab sebenarnya dari kematian Napoleon Bonaparte, minat terhadap tokoh sejarah ini tetap tinggi dan tidak menunjukkan penurunan bahkan hingga saat ini.

Referensi:

  • McIlvenna, U. (2023). Napoleon’s Life and Mysterious Death in Exile. HISTORY. A&E Television Networks.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com