KOMPAS.com - Benteng Toboali terletak di Kelurahan Tanjung Ketapang, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung.
Lokasi benteng berada di area perbukitan setinggi 18 meter di atas permukaan laut, yang menghadap langsung ke pantai.
Meski saat ini kondisinya tidak lagi utuh, lokasinya menjadi daya tarik Benteng Toboali karena pengunjung tidak hanya berwisata sejarah tetapi juga disuguhi panorama pantai yang indah dari perbukitan.
Lantas, siapa pendiri Benteng Toboali dan apa fungsi bangunan ini pada zaman dulu?
Baca juga: Benteng Frederik Hendrik, Cikal Bakal Masjid Istiqlal
Melansir direktoripariwisata.id, Benteng Toboali dibangun oleh kolonial Belanda pada tahun 1825.
Hal itu diketahui dari sebuah gambar rencana pembangunan benteng yang tertulis tahun 1825.
Diperkirakan, tujuan pembangunan Benteng Toboali adalah sebagai bentuk pertahanan tentara Belanda dan pelindung kepentingan Belanda di wilayah Bangka Selatan, terutama berkaitan dengan penguasaan pertambangan timah.
Pasalnya, pada 2 Juni 1722, Belanda memperoleh hak istimewa untuk memonopoli perdagangan timah dari Kesultanan Palembang.
Setelah itu, terjadi "perang timah" antara penduduk setempat, Belanda, dan etnis-etnis pendatang, sehingga Belanda merasa harus mempertahankan kepentingannya dengan membangun benteng.
Baca juga: Sejarah Benteng Huta Nauli di Sumatera Barat
Tidak hanya itu, segala kejadian di Kota Toboali juga dapat terpantau dari atas benteng.
Kedudukan Belanda di benteng ini terus berlangsung hingga akhir kekuasaannya di Indonesia, atau setelah kalah perang dari Jepang pada 1942.
Sebenarnya terdapat perbedaan pendapat terkait pendiri Benteng Toboali dan tahun pembangunannya.
Baca juga: Benteng Bukit Kursi, Pertahanan Utama Pulau Penyengat
Melansir Kompas Regional, sejarawan Bangka Belitung Akhmad Elvian mengatakan bahwa pembangunan benteng dilakukan atas perintah Sultan Ahmad Najamuddin I Adikesumo seiring dibentuknya Pangkal Toboali.
Diperkirakan Benteng Toboali dibangun pada 1757 untuk mengamankan pertambangan timah kala itu.