Hal ini mengancam posisi Uni Soviet dalam merencanakan penggabungan Jerman di bawah paham komunis, sehingga blokade tersebut dilakukan.
Baca juga: Sejarah Runtuhnya Tembok Berlin 1989
Ketegangan antara Sekutu Barat dan Uni Soviet menghasilkan pembentukan Jerman Barat dan Jerman Timur pada 1949.
Jerman Barat terdiri dari 11 negara bagian bekas pendudukan Sekutu Barat, sedangkan Jerman Timur terbagi menjadi enam negara bagian yang berada di bawah kendali Soviet.
Awalnya, perpindahan antara kedua negara masih dapat dilakukan dengan bebas.
Namun, seiring berjalannya waktu, banyak penduduk Jerman Timur yang memilih tinggal di Jerman Barat karena adanya peluang ekonomi lebih baik.
Bantuan ekonomi dari Amerika Serikat, seperti Program Marshall membantu membangun kembali ekonomi Jerman Barat, sedangkan Jerman Timur mengalami tekanan ekonomi dan represi politik.
Pada Juni 1961, sekitar 19.000 orang meninggalkan Jerman Timur, diikuti oleh 30.000 orang pada Juli 1961. Hal ini mendorong Uni Soviet dan pemerintah Jerman Timur untuk mengambil tindakan keras.
Akhirnya, pada 13 Agustus 1961, Tembok Berlin mulai dibangun dan kawat berduri dipasang untuk mencegah penduduk Jerman Timur melarikan diri. Akibatnya, banyak keluarga terpisah akibat pembagian ini.
Baca juga: Erich Honecker, Sosok Penting di Balik Tembok Berlin
Pada dekade 1980-an, Uni Soviet menginisiasi serangkaian reformasi di bawah kepemimpinan Mikhail Gorbachev.
Eropa Timur melihat bahwa reformasi Gorbachev bisa membawa harapan baru dalam bidang ekonomi.
Penduduk Jerman Timur mendorong pemerintah agar melakukan reformasi di negara mereka.
Penduduk Jerman Timur melihat perbedaan ekonomi signifikan antara Jerman Barat yang memiliki GDP terbesar di Eropa, dengan situasi di Jerman Timur yang dipimpin oleh sosok diktator, Erich Honecker.
Honecker tetap kukuh dalam prinsip-prinsip komunis dan bahkan memberikan perintah untuk menembak siapa pun yang mencoba melarikan diri ke Jerman Barat.
Akan tetapi, Gorbachev yang tidak setuju dengan pendekatan keras Honecker, akhirnya mencabut dukungannya terhadap Honecker.
Pada saat yang sama, Karoly Grosz, pemimpin Hungaria yang progresif, menginginkan agar produk-produk dari Jerman Timur dapat diekspor ke Jerman Barat melalui Hungaria.