KOMPAS.com - Situs Harakuning merupakan situs sejarah di Lampung, yang menyimpan tinggalan budaya dari masa Megalitikum dan zaman kuno.
Situs ini juga kerap disebut sebagai Situs Hanakau, karena letaknya berada di Dusun Harakuning Jaya, Desa Hanakau, Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung.
Berdasarkan penelitian para ahli, Situs Harakuning dipercaya sebagai permukiman kuno yang memiliki arti penting bagi sejarah Lampung.
Baca juga: Prasasti Hujung Langit: Sejarah, Letak, dan Isinya
Situs Harakuning diketahui karena penemuan Prasasti Hujung Langit pada 1912.
Setelah itu, beberapa peneliti seperti JG de Casparis, NJ Krom, Buchari, dan Louis Charles Damais, mendalami penelitian di situs ini.
Penelitian terhadap Situs Harakuning terus dilakukan setelah Indonesia merdeka oleh para arkeolog Tanah Air.
Selain Prasasti Hujung Langit, di Situs Harakuning ditemukan tinggalan-tinggalan budaya Megalitik dan sejumlah fragmen tembikar.
Baca juga: Sejarah Situs Watu Gilang di Malang
Berikut ini tinggalan-tinggalan arkeologi di Situs Harakuning.
Prasasti Hujung Langit atau sering disebut sebagai Prasasti Harakuning, merupakan tinggalan dari zaman Kerajaan Sriwijaya.
Prasasti ini terbuat dari batu andesit berbentuk menyerupai kerucut, dengan tinggi 162 sentimeter dan lebar bagian bawah sekitar 60 sentimeter.
Pada prasasti ini terpahat 18 baris tulisan dalam huruf Jawa Kuno dan berbahasa Melayu Kuno, yang kondisinya sudah sangat aus.
Berdasarkan pembacaan para ahli, Prasasti Hujung Langit berangka tahun 919 Saka (997 Masehi).
Menurut pembacaan Damais, raja yang mengeluarkan prasasti ini adalah Punku Haji Yuwaraja Sri Haridewa.
Isi Prasasti Hujung Langit mencatat penetapan sebidang tanah di Hujung Langit sebagai sima (daerah yang bebas dari pajak) untuk keperluan pemeliharaan bangunan suci.
Baca juga: Tradisi Megalitik: Asal-usul, Pembagian, dan Peninggalan
Pada bagian tenggara Situs Harakuning yang mencakup area luas, ditemukan tinggalan budaya Megalitik.
Tradisi Megalitik merupakan kebudayaan masa praaksara yang menghasilkan batu-batu besar.
Tinggalan Megalitik di situs ini berupa batu datar (batu monolit yang atasnya berupa bidang datar), arca berbentuk manusia dengan pahatan sederhana, dan batu bergores (batu alam tanpa ada pengerjaan manusia).
Baca juga: Situs Payak, Petirtaan di Bantul dari Era Mataram Kuno
Pada 1995, Balai Arkeologi Bandung melakukan penelitian di sekitar Prasasti Hujung Langit dan menemukan fragmen tembikar, keramik, dan struktur batu.
Struktur batu tersebut sama dengan yang ditemukan di area prasasti yang diduga sebagai struktur bangunan suci.
Keramik-keramik di Situs Harakuning berasal dari abad ke-10 hingga abad ke-17.
Sedangkan fragmen tembikar di situs ini diperkirakan berasal dari abad ke-10 hingga abad ke-20.
Berdasarkan bentuknya, tembikar di Situs Harakuning dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu:
Analisis tipologi bentuk fragmen tembikar menguatkan dugaan bahwa Situs Harakuning pada zaman dulu merupakan permukiman yang memiliki situs sakral.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.