Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Rasul yang Bergelar Ulul Azmi

Kompas.com - 10/06/2023, 07:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Nibras Nada Nailufar

Tim Redaksi

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Dalam Islam, Rasul adalah utusan Tuhan atau nabi yang mendapat wahyu dari Allah SWT dan diperintahkan untuk menyampaikan wahyu tersebut kepada umatnya.

Sejumlah rasul dalam agama Islam diketahui disebut sebagai Rasul Ulul Azmi.

Ulul Azmi sendiri berarti rasul-rasul yang memiliki ketabahan yang luar biasa. Hal ini berarti setiap Rasul Ulul Azmi mengemban tugas mereka dengan penuh ketabahan dan kesabaran.

Berikut ini 5 rasul yang bergelar Ulul Azmi.

Baca juga: Hikmah Beriman kepada Rasul

Rasul bergelar Ulul Azmi

Adapun 5 rasul yang bergelar Ulul Azmi adalah:

  1. Nabi Nuh AS
  2. Nabi Ibrahim AS
  3. Nabi Musa AS
  4. Nabi Isa AS
  5. Nabi Muhammad SAW

Nabi Nuh AS

Nabi Nuh AS adalah rasul ulul azmi pertama yang ditugaskan Allah SWT untuk mengajak kaum kafir agar kembali menyembah Allah.

Pasalnya, para kaum kafir membuat patung untuk menghormati tokoh-tokoh yang sudah tutup usia, seperti Wadd, Suwa, Yaghus, Yauq, dan Nasr.

Suatu hari, Nabi Nuh diperintahkan oleh Allah untuk membuat sebuah kapal besar.

Ia kemudian dicemooh oleh masyarakat satu kota dengan mengatakan Nuh gila, karena membuat kapal raksasa di atas bukit.

Akan tetapi, tidak berselang lama, banjir merendam seluruh negeri dan menyisakan orang yang beriman kepada Allah SWT saja.

Sementara itu, istri dan anaknya yang bernama Kan’an ikut tenggelam bersama orang-orang kafir.

Terjadinya banjir besar ini rupanya merupakan doa dari Nabi Nuh sendiri agar orang-orang kafir binasa dari bumi.

Sebab, setelah ratusan tahun berdakwah, hanya 83 orang saja yang bersedia mengimani Allah SWT, sedangkan sisanya memilih menyembah patung.

Adapun doa Nabi Nuh mengenai banjir yang datang tertuang dalam surah Nuh ayat 26, berbunyi:

Nuh berkata: “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.

Lalu, terjadilah banjir besar tersebut.

Baca juga: Apa Saja Sifat Wajib Rasul?

Nabi Ibrahim AS

Nabi Ibrahim atau yang disebut Abul Anbiya (bapak para nabi) adalah salah satu nabi yang disebut rasul ulul azmi.

Pada zaman kehidupan Ibrahim, ada seorang raja yang terkenal kejam dan zalim, bernama Raja Namrud.

Raja Namrud mengaku ia bisa mengubah matahari terbit dari barat dan sanggup menghidupkan orang yang sudah mati.

Suatu hari, seluruh patung di sekitar Ka’bah hancur. Hanya tersisa satu patung saja. Ibrahim lah yang menghancurkan patung-patung itu.

Mengetahui hal ini, Raja Namrud pun marah dan menangkap Ibrahim AS. Ibrahim AS dijatuhi hukuman mati dengan cara dibakar.

Akan tetapi, Allah menjadikan api itu terasa dingin sehingga tubuh dan pakaian yang dikenakan Ibrahim AS sama sekali tidak terbakar.

Hal ini diterangkan dalam surah Al-Anbiya ayat 69:

Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatan bagi Ibrahim.”

Sejak kejadian ini, sebagian orang ada yang memutuskan mengikut Ibrahim. Akan tetapi, mayoritas tetap dengan kekufurannya, termasuk Raja Namrud dan ayah Ibrahim.

Ibrahim kemudian diusir oleh ayahnya dari rumah.

Ibrahim pun memutuskan hijrah ke tanah suci Baitul Maqdis dan menikah dengan gadis menawan bernama Sarah.

Namun, karena Sarah tidak kunjung hamil, Nabi Ibrahim diminta menikahi perempuan lain bernama Hajar.

Tidak berselang lama setelah menikah, Hajar dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Ismail.

Ismail inilah yang kemudian disembelih oleh Ibrahim, ayahnya, sebagai wujud kepatuhan Ibrahim menaati perintah Allah untuk mengorbankan putra kesayangannya itu.

Tidak berhenti di situ, Nabi Ibrahim juga diberi tugas untuk membangun Baitullah (rumah Allah), yang kelak menjadi tempat ibadah umat Islam.

Baca juga: Mengapa Nabi Ibrahim Dikenal sebagai Bapak Para Nabi?

Nabi Musa AS

Selanjutnya adalah Nabi Musa, seorang anak yang dihanyutkan oleh ibunya ke Sungai Nil.

Sebab, pada zaman itu, Raja Mesir yang bernama Firaun memerintahkan prajuritnya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir.

Tidak disangka, Nabi Musa ditemukan oleh permaisuri kesayangan Raja Firaun.

Awalnya, Raja Firaun menolak untuk menerima bayi tersebut. Namun karena permohonan sang permaisuri, Musa pun dibawa masuk ke dalam istana dan dibesarkan di sana.

Singkat cerita, Nabi Musa pun tumbuh menjadi seorang pemimpin yang dikenal bersikap tegas. Ia juga memiliki sebuah tongkat yang dapat berubah menjadi ular.

Tongkat itulah yang kelak membelah laut merah.

Kelebihan yang dimiliki Musa tentu tidak terlepas dari wahyu yang diberikan Allah SWT.

Hal ini tertuang dalam surah Al-A’raf ayat 144 yang berbunyi:

Allah berfirman: “Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.”

Baca juga: Siapa Nama Firaun yang Mengejar Nabi Musa?

Nabi Isa AS

Nabi Isa adalah anak dari ibunda Maryam.

Ajaibnya, Maryam hamil melalui tiupan ruh ke dalam rhim Maryam. Alhasil, Nabi Isa lahir tanpa memiliki ayah biologis.

Ketika Nabi Isa berusia 30 tahun, ia mendapat wahyu bahwa Allah mengutusnya untuk menjadi seorang rasul.

Berbekal kitab injil, Nabi Isa mulai mengajarkannya kepada umatnya.

Ajaibnya, Nabi Isa dipenuhi dengan berbagai kelebihan, mulai dari menyembuhkan orang sakit, orang buta, hingga menghidupkan orang mati.

Baca juga: Kisah Nabi Muhammad Mendapat Gelar Al-Amin

Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad adalah nabi dan rasul ulul azmi terakhir yang diutus oleh Allah ke dunia.

Nabi Muhammad lahir di Mekkah pada abad ke-6, dengan kondisi masyarakat yang saat itu masih menyimpang dari ajaran Allah.

Nabi Muhammad mendapat wahyu dari Allah SWT saat berada di Gua Hira.

Pasalnya, saat itu Malaikat Jibril muncul dengan cahaya yang sangat terang dan menyampaikan wahyu pertamanya kepada Nabi Muhammad.

Wahyu pertama yang diturunkan adalah Al-Alaq ayat 1-5, yang berisikan Nabi Muhammad merupakan nabi akhir zaman yang akan didustakan, disakiti, diusir, dan diperangi.

Setelah itu, Nabi Muhammad mendapat wahyu kedua yang berisi tentang perintah untuk menyeru manusia kepada Allah.

Sesaat setelah mendapat wahyu, Nabi Muhammad mulai berdakwah di kalangan keluarga, sahabat, dan masyarakat Mekkah.

 

Referensi:

  • Amrie, M. Abduh. (2012). Meneladani Kesabaran dan Ketabahan Rasul Ulul Azmi dalam Berdakwah: Studi Kisah-Kisah dalam Al-Quran. Alhadharah Jurnal Ilmu Dakwah. Volume 11, No. 22, Juli-Desember 2012.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com