Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Petirtaan Belahan di Pasuruan

Kompas.com - 10/05/2023, 11:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber Kemdikbud

KOMPAS.com - Petirtaan Belahan terletak di Dusun Belahan Jowo, Desa Wonosunyo, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.

Petirtaan merupakan sumber air tempat pemandian suci yang digunakan oleh kalangan kerajaan pada zaman dulu.

Oleh masyarakat setempat, situs cagar budaya ini terkadang disebut Candi Belahan atau Sumber Tetek.

Pasalnya, di Petirtaan Belahan terdapat arca Dewi Sri yang bagian payudaranya atau bagian tetek, terdapat pancuran air.

Lantas, bagaimana sejarah Petirtaan Belahan?

Baca juga: Candi Simbatan, Petirtaan di Magetan dari Masa Kerajaan Medang

Kondisi Petirtaan Belahan

Kondisi Petirtaan Belahan tidak lagi utuh, menyisakan kolam berukuran 4,5 x 6 meter dengan dinding berdenah leter L setinggi 3 meter.

Seluruh bagian kolam terbuat dari batu andesit, sedangkan dindingnya tersusun atas batu bata dan batu andesit.

Pada dinding barat, terdapat tiga relung yang digunakan untuk meletakkan arca.

Relung kiri berisi arca Dewi Laksmi, relung tengah ukurannya relatif lebih kecil dan tidak diisi arca, sementara relung kanan berisi arca Dewi Sri yang memancurkan air dari kedua payudaranya.

Di sebelah relung arca Dewi Sri, terdapat relief laki-laki memakai sorban, berperut buncit, memakai upawita (perhiasan berupa jalinan rantai yang dikenakan melintang pada batang tubuh), serta dikelilingi oleh hiasan sulur di kanan dan kirinya.

Baca juga: Candi Tikus, Petirtaan Majapahit yang Terpendam

Sejarah Petirtaan Belahan

Petirtaan Belahan tidak memiliki inskripsi angka yang dapat memberikan petujuk tentang tahun pembangunannya.

Karena itu, berkembang beberapa pendapat dari para ahli tentang sejarah situs ini.

GP Roufaer berpendapat Petirtaan Belahan merupakan tempat pedharmaan (pemujaan) Prabu Airlangga dari Kerajaan Kahuripan yang berkuasa pada abad ke-11.

Pendapat Roufaer didukung oleh NJ Krom dan WF Stutterheim, berlandaskan kronogram berupa relief kala yang dibaca Candra Resi Rahu atau 971 Saka (1049 Masehi), bertepatan dengan wafatnya Prabu Airlangga.

Selain itu, arca Wisnu duduk di punggung Garuda yang sekarang disimpan di Mojokerto, dianggap sebagai perwujudan Airlangga yang berasal dari Petirtaan Belahan.

Petirtaan Belahan di Pasuruan.Kemdikbud Petirtaan Belahan di Pasuruan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com