KOMPAS.com – Proklamasi 17 Agustus 1945 merupakan momentum penting dalam sejarah panjang Republik Indonesia.
Berita proklamasi yang tersebar ke berbagai penjuru daerah disambut hangat oleh mayoritas masyarakat Indonesia.
Setiap daerah menunjukan reaksi yang beragam tatkala mendengar berita kemerdekaan Indonesia.
Demikian juga masyarakat Bengkulu yang gembira menyambut berita proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Masyarakat Bengkulu yang menerima kabar proklamasi, berduyun-duyun menyambut dengan penuh semangat kemerdekaan Indonesia.
Baca juga: Tokoh Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Berita tentang proklamasi yang dibacakan oleh Soekarno di Jakarta, secara cepat menyebar ke berbagai daerah di Indonesia.
Di Bengkulu, sampainya berita proklamasi tidak secara serentak. Namun, berita proklamasi telah beredar dari mulut ke mulut sejak pekan keempat di bulan Agustus 1945.
Meskipun berita proklamasi telah beredar di Bengkulu, masyarakat masih kebingungan perihal kebenaran kabar tersebut.
Baca juga: Cara Penyebaran Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Di Kota Manna, Bengkulu, berita proklamasi kali pertama dikabarkan oleh Buldani Masik, seorang mantan pimpinan regu Senapan Mesin Berat Gyugun di Pagaralam.
Barulah ketika berita itu terverifikasi, masyarakat Bengkulu meluapkan kegembiraan dan membentuk kelompok-kelompok dengan menjunjung pimpinan sendiri-sendiri.
Demikianlah kabar itu secara cepat menyebar ke berbagai pelosok di Bengkulu yang menjadikan semangat mereka kian bertambah untuk mengusir sisa-sisa kolonial.
Berbagai elemen masyarakat Bengkulu menyiapkan kebutuhan-kebutuhan guna mengantisipasi kemungkinan buruk pascaproklamasi.
Sebagian masyarakat Bengkulu menyadari bahwa meskipun proklamasi telah dikumandangkan, sisa-sisa penjajah, khususnya Jepang, masih mengintai pergerakan pribumi.
Menyikapi kondisi demikian, mantan regu Gyugun dan Heiho, membentuk pasukan Pembela Tanah Air.
Baca juga: Sejarah Proklamasi 17 Agustus 1945
Para mantan Perwira Gyugun dan Heiho segera mengambil langkah cepat.
Mereka mengumpulkan mantan pasukan Gyugun dan Heiho guna mengadakan rapat pada 7 September 1945.
Di tengah rapat, para kaum nasionalis menyadari bahwa pergerakan mereka masih diawasi oleh orang-orang yang setia kepada Jepang dalam pertemuan tersebut.
Pertemuan itu menghasilkan tiga poin dalam menyambut proklamasi dan mengantisipasi akan adanya tekanan kembali dari penjajah.
Dua poin tersebut adalah:
Di berbagai daerah di Bengkulu juga terbentuk pasukan sukarela yang berinisiatif sendiri mempertahankan kemerdekaan Indonesia, seperti Badan Perjuangan Republik Indonesia di Curup.
Baca juga: Revolusi: Pengertian, Penyebab, dan Contohnya
Di Kepahiang, ada kelompok mandiri di bawah pimpinan mantan Pesirah Pagaralam bernama M. Yunus.
Berdirinya kelompok-kelompok perjuangan ini bukanlah suatu paksaan, melainkan berangkat dari kesadaran mereka tentang arti penting kemerdekaan, yaitu bebas dari penyiksaan penjajah.
Karenanya, banyak kelompok perjuangan yang lahir dari berbagai golongan masyarakat, semisal dari kaum pelajar, pegawai, petani, pedagang, dan kelompok-kelompok lainnya.
Baca juga: Revolusi Indonesia: Latar Belakang, Diplomasi, Konflik, dan Dampak
Referensi: