Kelompok lima candi
Kelompok lima candi terdiri atas lima candi yang dipahat di tebing bagian timur Sungai Pakerisan secara berderet dari utara ke selatan.
Baca juga: Kerajaan Bali: Berdiri, Raja-raja, Kehidupan Sosial, dan Peninggalan
Pada candi paling utara, yang ukurannya paling besar, terdapat tulisan “aji lumah ing jalu”, yang artinya raja yang dicandikan di jalu (Pakerisan). Menurut Goris dan Kempers, candi ini untuk Raja Udayana.
Pada candi kedua dari utara, terdapat tulisan “rwa nakira, yang artinya dua anaknya.
Masih menurut Goris dan Kempers, candi ini untuk anak Udayana yakni Raja Marakata Pangkaja dan Anak Wungsu.
Kelompok empat candi
Kelompok empat candi terdiri atas empat candi yang dipahat di tebing bagian barat Sungai Pakerisan berhadapan dengan kelompok lima candi.
Candi kesepuluh
Candi kesepuluh letaknya terpisah, berjarak sekitar 500 meter dari kelompok lima candi dan kelompok empat candi.
Pada candi ini terdapat tulisan “rakyan”. Menurut Goris, tulisan tersebut menandakan bahwa candi ini untuk perdana menteri (rakyan) kerajaan.
Ceruk pertapaan atau dalam Prasasti Tengkulak A disebut Amarawati, berbentuk ceruk-ceruk yang dipahat pada tebing cadas.
Ceruk ini ada yang dibangun berderet ada pula yang dibangun mengelompok di sebelah selatan kelompok lima candi.
Ceruk pertapaan didapati pula di sekitar candi kesepuluh.
Baca juga: Candi Sanggrahan, Tempat Peristirahatan Pembawa Jenazah Gayatri
Melansir laman Kemdikbud, situs Candi Gunung Kawi dulunya digunakan sebagai tempat pemujaan roh leluhur dan tempat meditasi serta pendidikan agama.
Pemilihan lokasi daerah aliran sungai diduga menjadi pertimbangan tersendiri sebagai tempat didirikannya bangunan suci.
Situs Candi Gunung Kawi tidak hanya mencerminkan kearifan di bidang religius magis dan pendidikan, tetapi juga di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pasalnya, tidak mudah untuk membangun karya berupa bangunan candi dan ceruk pertapaan yang dipahatkan pada dinding dari tebing sungai.
Saat ini, Situs Candi Gunung Kawi masih digunakan untuk kegiatan yang bersifat religius magis, tempat meditasi, pengairan, dan sebagai obyek wisata spiritual yang asri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.