Menurut Kieven, relief di dinding batur Candi Mirigambar merupakan cerita Panji, kumpulan kisah dari periode Jawa Klasik (1042-1222).
Latar belakang agama maupun siapa yang membangun Candi Mirigambar tidak diketahui pasti.
Pada 1913, Hoepermans mencatat bahwa di Candi Mirigambar terdapat tiga reruntuhan bangunan yang berdekatan.
Selain itu di sekitar situs ini ditemukan beberapa artefak lepas, yang memunculkan dugaan bahwa Candi Mirigambar merupakan bagian dari kompleks percandian yang dibangun sejak zaman Kerajaan Kediri (1045-1222), kemudian Kerajaan Singasari (1222-1294) hingga Kerajaan Majapahit.
Baca juga: Candi Tepas, Peninggalan Majapahit yang Masih Otentik
Di sekitar Candi Mirigambar ditemukan beberapa pahatan angka tahun, yang tertua yakni 1129 Masehi.
Para arkeolog juga mengaitkan candi ini dengan prasasti berupa lempengan tembaga yang pernah ditemukan di Desa Mirigambar.
Prasasti tersebut menyebutkan adanya tempat suci “Satyapura” dan nama Raja Wikramawardhana, penguasa Kerajaan Majapahit periode 1389-1429.
Dari temuan-temuan tersebut, para ahli menyimpulkan bahwa situs ini telah ada sejak zaman Kerajaan Kediri dan terus dibangun hingga masa Kerajaan Majapahit.
Relief di Candi Mirigambar kemungkinan besar dibuat pada masa Raja Wikramawardhana, karena penggambarannya menunjukkan ciri pahatan dari awal atau pertengahan abad ke-15.
Baca juga: Sejarah dan Fungsi Candi Pari Peninggalan Hayam Wuruk
Pada 2021, Candi Mirigambar akhirnya dipugar sebagai upaya pelestarian bangunan peninggalan masa Hindu-Buddha.
Saat ini, fungsi Candi Mirigambar selain sebagai wisata edukasi adalah sebagai tempat peletakan sesaji sebelum acara tertentu.
Di samping itu, beberapa orang masih menggunakan candi ini sebagai tempat pemujaan.
Referensi: