Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Takhta Jawa II: Penyebab dan Akhir Pertempuran

Kompas.com - 06/02/2023, 16:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Gejolak terbesar dalam sejarah Kerajaan Mataram Islam terjadi pada abad ke-18.

Pada periode tersebut, peperangan akibat perebutan kekuasaan di antara keluarga kerajaan kerap terjadi.

Salah satu peperangan yang dimaksud adalah Perang Takhta Jawa Kedua atau Perang Suksesi Jawa II.

Perang Takhta II berlangsung antara 1719 hingga 1723 melibatkan kubu Amangkurat IV melawan Pangeran Blitar, Pangeran Purbaya, Pangeran Arya Mataram, dan Pangeran Arya Dipanagara.

Amangkurat IV yang dibantu oleh VOC memenangkan pertempuran dan berhasil mempertahankan takhta Mataram Islam.

Baca juga: Perang Takhta Jawa I: Latar Belakang, Kronologi, dan Akhir

Penyebab Perang Takhta Jawa II

Sejak masa pemerintahan Amangkurat II, ibu kota Kerajaan Mataram Islam dipindah ke Kartasura, yang saat ini masuk wilayah administratif Kabupaten Sukoharjo.

Pada 1719, Raden Mas Suryaputra dinobatkan sebagai raja Mataram penerus Pakubuwono I dengan gelar Amangkurat IV.

Pengangkatan Amangkurat IV yang pro-VOC tidak didukung oleh paman dan adik-adiknya.

VOC menyebut Amangkurat IV sebagai penguasa yang dimusuhi oleh hampir seluruh rakyat Tanah Jawa.

Hal itu karena setelah kendali Kerajaan Mataram Islam dipegang Amangkurat IV, rakyatnya terpecah ke dalam banyak golongan yang menentang kedudukan raja.

Konflik bermula saat Amangkrat IV menurunkan pangkat serta mengambil wilayah kekuasaan dua adiknya, yaitu Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya, yang dirasa terlalu besar.

Pada Juni 1719, Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya yang sakit hati terhadap tindakan kakaknya melancarkan serangan ke Keraton Kartasura.

Mereka didukung oleh putra-putra Untung Surapati, kalangan ulama di istana, dan mendapatkan simpati dari sang ibu, Ratu Pakubuwono.

Namun, serangan mereka dapat dipukul mundur oleh pasukan VOC.

Baca juga: Amangkurat I, Raja Kesultanan Mataram yang Zalim

Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya pun mundur ke Yogyakarta, tepatnya di Kartasari yang pernah menjadi kedudukan Sultan Agung.

Di situlah Pangeran Blitar dinobatkan sebagai raja bergelar Sultan Ibnu Mustapa Pakubuwana Senapati Ngalaga Ngabdurahman Sayidin Panatagama.

Pangeran Purbaya diangkat menjadi panglima perang bergelar Panembahan Purbaya.

Sultan Ibnu Mustapa terus memberontak terhadap Amangkurat IV, tetapi dengan cara berbeda.

Pemberontakan tidak dilakukan dengan serangan, tetapi dengan tidak menyerahkan upeti ataupun menghadap Amangkurat IV, dan melakukan perluasan wilayah.

Adik tiri Amangkurat IV, yakni Pangeran Dipanagara, juga memberontak.

Baca juga: Amangkurat II, Penguasa Mataram yang Haus Kekuasaan

Pangeran Dipanagara pada masa pemerintahan Pakubuwono I ditugaskan ke daerah Jawa Timur dan dinobatkan sebagai raja bawahan Mataram bergelar Panembahan Herucakra dengan kedudukan di Madiun.

Selain dari adik-adiknya, Amangkurat IV juga menghadapi penolakan dari pamannya, Arya Mataram.

Arya Mataram, yang awalnya tidak ambil tindakan, akhirnya memberontak dengan meninggalkan istana Kartasura menuju pesisir utara Jawa.

Di daerah Pati, Arya Mataram pun menobatkan diri menjadi raja dengan nama Sunan Kuning.

Dengan begitu, rakyat Mataram Islam terbagi menjadi empat kubu, yakni kubu Amangkurat IV, kubu Pangeran Blitar-Pangeran Purbaya, kubu Pangeran Dipanagara, dan kubu Arya Mataram, yang menandai dimulainya Perang Takhta Jawa II.

Baca juga: Amangkurat III, Raja Mataram yang Meninggal di Sri Lanka

Akhir Perang Takhta Jawa II

Satu-satunya cara Amangkurat IV mempertahankan takhtanya adalah dengan meminta bantuan kepada VOC.

Pasukan VOC yang ada di Semarang dipanggil untuk mengamankan Amangkurat IV di Kartasura.

Setelah strategi disusun, sebagian pasukan VOC dan prajurit dari Kartasura pertama-tama ditugaskan untuk menumpas Arya Mataram.

Arya Mataram menyerah setelah dijepit oleh pasukan VOC di Jepara dan akhirnya dibunuh.

Setelah itu, pasukan gabungan VOC dan Kartasura ditugaskan untuk menyerang kedudukan Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya di Kartasari.

Karena kekuatan yang tidak seimbang, keraton Kartasari hancur dan beberapa pejabatnya dihabisi pasukan gabungan VOC dan Kartasura.

Baca juga: Kebijakan Sultan Agung Selama Memerintah Mataram Islam

Hal itu membuat Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya melarikan diri ke Jawa Timur.

Selama beberapa bulan berikutnya, dua pangeran ini terus diburu oleh VOC sehingga harus berpindah-pindah tempat di pedalaman Jawa Timur.

Dalam pengejaran, Pangeran Blitar jatuh sakit dan akhirnya meninggal pada 1721.

Pengejaran terhadap Pangeran Purbaya dilanjutkan VOC, yang juga mengiriminya surat.

Dalam surat tersebut VOC meminta agar Pangeran Purbaya menyerah karena peperangan tidak akan ada ujungnya.

Pangeran Purbaya mau kembali ke Kartasura, asalkan seluruh punggawanya dan Pangeran Dipanagara diampuni.

Pada 1723, Perang Takhta Jawa II berakhir dengan pengasingan Pangeran Dipanagara ke Tanjung Harapan karena terbukti melakukan pemberontakan.

Baca juga: Mengapa Trunojoyo Memberontak dari Amangkurat I?

Sementara itu, Pangeran Purbaya diizinkan hidup di Tangerang di bawah pengawasan VOC.

Keputusan itu merupakan strategi VOC, yang mengamankan Pangeran Purbaya sebagai cadangan untuk menggantikan Amangkurat IV apabila hubungan mereka memburuk.

VOC memandang Pangeran Purbaya memiliki legitimasi yang sama dengan Amangkurat IV.

Dengan bantuan dari VOC, Amangkurat IV berhasil memenangkan Perang Takhta Jawa II sekaligus mempertahankan takhta Mataram Islam.

 

Referensi:

  • Abimanyu, Soedjipto. (2015). Kitab Terlengkap Sejarah Mataram. Yogyakarta: DIVA Press.
  • Al Faiz, M Anang dan Aminuddin Kasdi. (2013). Perang Suksesi Jawa II 1719-1723 (Siasat Amangkurat IV Melawan Pangeran Blitar dan Pangeran Purbaya). Avatara, 1 (3) 357-366.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com