Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raja Airlangga, Penguasa Tunggal Kerajaan Kahuripan

Kompas.com - 02/02/2023, 09:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

KOMPAS.com - Raja Airlangga adalah pendiri sekaligus raja terakhir dari Kerajaan Kahuripan yang pernah berdiri di Jawa Timur pada abad ke-11.

Raja Airlangga bertakhta di Kahuripan, wilayah kuno yang saat ini menjadi bagian dari Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Ia menjadi satu-satunya raja di Kahuripan karena pada akhir pemerintahannya memilih untuk membagi kerajaannya menjadi dua untuk putranya dan sepupunya.

Setelah turun takhta, Airlangga memilih untuk menjadi pertapa hingga akhir hayatnya pada 1049.

Baca juga: Kerajaan Kahuripan: Sejarah, Raja, Keruntuhan, dan Peninggalan

Asal-usul Raja Airlangga

Dari Prasasti Pucangan diketahui bahwa Airlangga adalah putra dari Gunapriyadharmmapatni dan Udayana dari Bali.

Gunapriyadharmmapatni adalah cicit dari Mpu Sindok, pendiri Wangsa Isyana sekaligus raja yang memindahkan ibu kota Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke Jawa Timur pada tahun 929.

Prasasti Pucangan juga menyebut bahwa Airlangga dinikahkan dengan putri dari pamannya sendiri, Dharmawangsa Teguh.

Dharmawangsa Teguh adalah raja terakhir Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Timur.

Namun, pada saat pesta pernikahan Airlangga, ibu kota Mataram Kuno diserang oleh serangan mendadak dari Raja Wurawari.

Pada peristiwa yang dikenal sebagai Pralaya Medang itu, banyak pembesar kerajaan yang tewas, termasuk di antaranya Raja Dharmawangsa Teguh dan putrinya.

Baca juga: Pralaya Medang, Serangan yang Meruntuhkan Kerajaan Mataram Kuno

Prasasti Pucangan menyebutkan bahwa Airlangga berhasil selamat dari peristiwa Pralaya Medang dengan cara melarikan diri ke dalam hutan bersama abdinya, Narottama.

Dalam pelariannya, Airlangga yang masih berusia 16 tahun memilih untuk memperdalam kekuatan batin dan ilmu agamanya dengan para pertapa yang suci.

Konon karena Airlangga sangat teguh agamanya, ia mendapatkan cinta kasih dari para dewa yang amat besar.

Mendirikan Kerajaan Kahuripan

Pada 1019, Airlangga direstui oleh para pendeta Siwa, Buddha, dan Mahabrahmana menjadi raja dengan gelar Rake Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramotunggadewa.

Sejak naik takhta, Raja Airlangga memusatkan perhatiannya untuk menaklukkan kembali wilayah-wilayah yang pernah melepaskan diri dari Kerajaan Medang.

Selain itu, Raja Airlangga juga menyerang Raja Wurawari dan semua musuh yang memiliki andil dalam runtuhnya Kerajaan Medang.

Baca juga: Prasasti Pucangan, Peninggalan Raja Airlangga yang Terabaikan di India

Pada awalnya, Raja Airlangga bertakhta di Wwatan Mas. Barulah pada 1032, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Kahuripan setelah diserang musuh.

Pada awal berdirinya kerajaan, wilayah kekuasaannya hanya meliputi daerah Sidoarjo, Pasuruan, dan sebagain Mojokerto.

Setelah menaklukkan musuh-musuhnya, Raja Airlangga memusatkan perhatiannya untuk membangun kerajaan.

Kemajuan pada masa pemerintahannya dapat dilihat dari pesatnya pembangunan, termasuk pembangunan bendungan, pelabuhan, dan jalan.

Raja Airlangga juga meringankan beban pajak rakyatnya yang sering terkena musibah.

Baca juga: Mpu Bharada, Pendeta Sakti yang Membagi Kerajaan Kahuripan

Raja Airlangga membagi dua kerajaannya

Disebutkan dalam Prasasti Pamwatan bahwa menjelang akhir pemerintahannya, Raja Airlangga memindahkan ibu kota kerajaan ke Daha (Kediri).

Saat itu, raja juga tengah berhadapan dengan masalah suksesi kerajaan karena putri mahkota, Sri Sanggramawijaya Dharmmaprasadottunggadewi, justru memilih menjadi pertapa.

Di saat yang sama, putra Dharmawangsa Teguh, yakni Samarawijaya, menuntut haknya atas takhta.

Oleh sebab itu, pada 1045, Raja Airlangga memutuskan membagi kerajaan untuk Mapanji Garasakan dan Samarawijaya.

Kerajaan Jenggala yang ibu kotanya terletak di Kahuripan diberikan kepada Mapanji Garasakan, sementara Kerajaan Panjalu atau Kediri yang berpusat di Daha diberikan kepada Sri Samarawijaya.

Peristiwa pembagian kekuasaan ini menandai akhir dari pemerintahan Kerajaan Kahuripan.

Baca juga: Prasasti Ngantang, Pernyataan Kemenangan Kerajaan Kediri dari Jenggala

Setelah turun takhta, Airlangga memilih untuk menjadi pertapa hingga akhir hayatnya pada 1049.

Begitulah akhir dari masa pemerintahan Raja Airlangga yang merupakan pendiri sekaligus satu-satunya raja Kerajaan Kahuripan.

Keturunan Raja Airlangga nantinya menjadi raja-raja Kerajaan Kediri.

 

Referensi:

  • Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno. Jakarta: Balai Pustaka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com