KOMPAS.com - Jong Islamieten Bond (JIB) atau Perhimpunan Pemuda Islam adalah organisasi perhimpunan pemuda dan pelajar Islam Hindia Belanda.
JIB didirikan pada 1 Januari 1925 di Batavia oleh Sjamsuridjal.
Selama berdiri, JIB memiliki tujuan mulia, yaitu mempelajari agama Islam dan menganjurkan agar ajaran-ajarannya dapat diamalkan.
Lantas, bagaimana bentuk perjuangan Jong Islamieten Bond?
Baca juga: Jong Islamieten Bond: Latar Belakang, Tujuan, dan Tokoh
Bentuk perjuangan Jong Islamieten Bond adalah memperjuangkan hak umat Islam untuk belajar dengan cara memberikan kursus tentang keislaman sebagai agenda tahunan.
Ada tiga bentuk perjuangan yang dilakukan JIB, yaitu:
JIB menerbitkan sebuah majalah yang kemudian diedarkan secara umum pada bulan Maret 1925 bernama An-Nur atau Het Licht.
Selain itu, JIB juga mengadakan kursus dan ceramah-ceramah tentang agama Islam yang dilakukan oleh tokoh sentral JIB, yaitu H. Agus Salim.
Alasan JIB mendirikan kursus untuk umat Islam adalah karena Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia.
Menurut para tokoh JIB, setiap anggota organisasi ini dianjurkan untuk mempelajari lebih dalam tentang agama Islam.
Baca juga: Biografi Agus Salim, The Grand Old Man Indonesia
Lebih lanjut, JIB juga membentuk Jong Islamieten Bond Dames Afdeling (JIBDA) yang berarti kegiatan-kegiatan dalam bidang kewanitaan.
Organisasi ini ikut aktif memperjuangkan masalah-masalah kewanitaan dalam forum nasional.
Pada dasarnya, gerakan JIB ini berlandaskan pada Islam dan nasionalisme Indonesia.
Kemudian JIB berkembang menjadi wadah untuk mendidik para pemuda Muslim untuk menjadi kader dengan landasan Islam yang kuat.
Secara khusus, peran JIB dalam Pergerakan Nasional Indonesia dari tahun 1925 hingga 1942 adalah:
Referensi: