KOMPAS.com - Kota yang berdiri sejak tahun 682 dan disebut sebagai kota tertua di Indonesia adalah Palembang.
Tahun berdirinya kota Palembang tersebut diambil dari prasasti tertua peninggalan Kerajaan Sriwijaya, yakni Prasasti Kedukan Bukit.
Sebagai kota tertua di Indonesia, saat ini Palembang telah berusia lebih dari 13 abad dan menjadi ibu kota provinsi Sumatera Selatan.
Lantas, bagaimana Palembang menjadi kota tertua di Indonesia?
Baca juga: Kesultanan Palembang: Sejarah, Pendiri, Raja-Raja, dan Peninggalan
Prasasti Kedukan Bukit peninggalan Kerajaan Sriwijaya berangka 604 Saka atau 682 Masehi.
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan pertama kali oleh C.J. Batenburg pada 29 November 1920 di Kedukan Bukit, Palembang, Sumatera Selatan.
Pesan yang terpahat pada prasasti menyatakan bahwa raja Sriwijaya yang bergelar Dapunta Hyang naik perahu dari suatu tempat untuk menggabungkan diri dengan bala tentaranya yang baru saja menaklukkan Minanga (Binanga).
Pada 7 Jesta (19 Mei) Dapunta Hyang memimpin tentaranya dari Minanga untuk kembali ke ibu kota dengan perasaan senang karena pulang membawa kemenangan.
Pada tanggal 5 Asada (16 Juni) rombongan raja tiba di Muka Upang, sebelah timur Palembang.
Sesampainya di ibu kota, Dapunta Hyang menitahkan pembuatan wanua (bangunan) berupa sebuah wihara, sebagai manifesti rasa syukur dan gembira atas kemenangannya.
Baca juga: Prasasti Kedukan Bukit: Sejarah, Isi, dan Artinya
Isi prasasti Kedukan Bukit ini oleh para ahli dianggap mengandung kunci pemecahan masalah lokasi ibu kota Kerajaan Sriwijaya, yakni di Palembang.
Tanggal ketika Dapunta Hyang menitahkan pembuatan wanua kemudian ditetapkan sebagai berdirinya Palembang, yang menjadikannya kota tertua di Indonesia.
Sedangkan Salatiga di Jawa Tengah menjadi kota tertua kedua di Indonesia, yang lahir pada tahun 750.
Melansir laman resmi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Palembang, menurut topografinya, Palembang dikelilingi oleh air dan dataran rendah berawa.
Diduga karena kondisi itulah kota ini dinamakan Palembang, dari bahasa Melayu "pa" atau "pe" yang artinya tempat, dan "lembang" atau "lembeng" yang berarti genangan air.
Dengan begitu, Palembang bermakna tempat yang digenangi oleh air.
Kondisi alam itulah yang membuat nenek moyang orang-orang Palembang menggunakan transportasi air sebagai sarana utama mereka dalam menunjang kehidupan sehari-hari.
Dengan ibu kota di Palembang, Kerajaan Sriwijaya pun berdiri sebagai kerajaan maritim yang berkuasa atas jalur perdagangan di laut dan sungai selama beberapa abad.
Referensi: