Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Pemimpin Kaum Munafik pada Perang Uhud?

Kompas.com - 09/11/2022, 13:00 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sebelum kembali, orang-orang Yahudi berkata kepada Abdullah bin Ubay, "Kau sudah menasihatinya berdasarkan pengalaman orang tua terdahulu. Sebenarnya dia (Nabi) sependapat denganmu, lalu menolak dan menuruti kehendak para pemuda yang menjadi pengikutnya."

Mendengar hal itu, Abdullah bin Ubay berubah pikiran dan menarik dukungannya ketika sampai di sebuah tempat antara Madinah dan Uhud.

Abdullah bin Ubay menganggap strategi umat Muslim untuk berperang di Uhud, bukan di Kota Madinah, adalah tindakan bunuh diri.

Baca juga: Perang Fijar: Penyebab, Jalannya Pertempuran, dan Peran Nabi Muhammad

Selain itu, tradisi Islam percaya bahwa Abdullah bin Ubay beserta kaum munafik meninggalkan pasukan Islam karena hendak melemahkan rasa percaya diri dan menimbulkan perpecahan di kalangan pasukan Muslim.

Abdullah bin Ubay membawa sebanyak 300 pasukannya dari batalion Khazraj berbalik arah dan kembali ke Madinah.

Setelah Abdullah bin Ubay beserta kaum munafik pendukungnya kembali ke Madinah, pasukan Muslim berkurang sepertiganya menjadi 700 orang saja.

Mereka tetap melanjutkan perjalanan di bawah pimpinan Nabi Muhammad hingga sampai di Uhud, dan memerangi sekitar 3.000 pasukan kafir Quraisy.

Baca juga: Mengapa Kaum Kafir Quraisy Melakukan Pemboikotan terhadap Umat Islam?

Ayat Al Quran tentang kaum munafik di Perang Uhud

Di dalam Al Quran, Allah menurunkan sejumlah ayat yang berkaitan dengan Perang Uhud.

Beberapa ayat bahkan mengutuk perbuatan kaum munafik yang membelot dalam Perang Uhud, dan menyebut mereka pengecut karena tidak beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad.

Ibnu Jarir ath-Thabari meriwayatkan dari as-Suddi bahwa Abu Jabir as-Sulami sempat mengikuti Abdullah bin Ubay dan pasukannya yang berbalik arah guna mengajak mereka tetap ikut berperang di Uhud.

Namun, mereka justru berkata, "Seandainya kami tahu akan ada pertempuran, maka tentunya kami akan mengikuti kalian."

Allah kemudian menurunkan ayat yang menceritakan orang-orang munafik.

"Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik, kepada mereka dikatakan, 'Marilah berperang di jalan Allah atau pertahankanlah (diri kalian).' Mereka berkata 'Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kalian.' Mereka pada hari itu lebih dekat dengan kekafiran daripada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan." (QS Ali Imran [3]: 167)

Baca juga: Abu Jahal, Bapak Kebodohan yang Tewas dalam Perang Badar

Sifat munafik mereka semakin terlihat ketika menanggapi berita kekalahan pasukan Muslim dalam Perang Uhud.

"Seandainya mereka mendengarkan usulan dan nasihat kamu untuk tetap tinggal di Madinah dan tidak ikut keluar, maka tentunya mereka tidak akan terbunuh bersama yang lainnya."

Hal itu semakin menunjukkan bahwa mereka mengucapkan apa yang sebenarnya tidak ada di dalam hati mereka.

Meski umat Muslim mengalami kekalahan dalam Perang Uhud, dari peperangan ini dapat dibedakan antara orang-orang mukmin, yang beriman kepada Nabi dan Allah, dan orang-orang munafik.

 

Referensi:

  • Ayyasy, Muhammad Abu. (2009). Strategi Perang Rasulullah. Jakarta: Qoltum Media.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com