Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Perkembangan Televisi dari Analog ke Digital

Kompas.com - 03/11/2022, 14:00 WIB
Verelladevanka Adryamarthanino ,
Tri Indriawati

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Televisi atau TV adalah media elektronik yang berfungsi sebagai media informasi, media pendidikan, dan media hiburan.

Sejarah perkembangan televisi sendiri telah menoreh kisah yang sangat panjang, dari yang awalnya tidak berwarna hingga akhirnya berwarna.

Televisi berkembang dari yang berbentuk kotak dan tabung hingga layarnya semakin lebar dan tipis dengan resolusi warna jauh lebih baik.

Dulunya, masyarakat lebih mengenal televisi analog (TV Analog), tetapi sekarang sudah ada teknologi yang lebih modern disebut televisi digital (TV Digital).

Lantas, bagaimana sejarah perkembangan televisi analog ke televisi digital?

Baca juga: Sejarah Baterai, Pernah untuk Acara Keagamaan

Perkembangan

Berawal dari tv analog

Televisi analog merupakan perkembangan dari penciptaan gambar gerak (motion picture) sekitar abad ke-19.

Seiring berkembangnya listrik dan gelombang radio, terjadilah pergeseran dalam penciptaan gambar, yang kemudian melahirkan TV Analog.

Televisi analog merupakan sistem penyiaran televisi yang pertama dikembangkan, dengan menggunakan sinyal analog dalam transmisi gambar dan suara.

Untuk bisa mendapatkan siaran televisi analog, maka perlu menggunakan alat penangkap sinyal yang disebut antena.

Sistem paling awal pada televisi analog adalah sistem televisi mekanik menggunakan cakram yang dilubangi dengan pola tertentu untuk memindai gambar.

Salah satu sistem paling populer yang ada pada televisi analog adalah National Television System Commitee (NTSC).

Pada 1884, Paul Nipkow membuat piringan metal kecil yang dapat berputar dengan lobang-lobang di dalamnya.

Nipkow berhasil menciptakan sebuah alat untuk memproyeksikan gambar dengan tenaga listrik dan pancaran gelombang radio.

Temuan Nipkow ini kemudian disebut dengan Cakram Nipkow, yang kemudian dipatenkan di tahun yang sama.

Cakram Nipkow melahirkan televisi mekanis (analog), yaitu gambar kecil yang dibentuk oleh elemen-elemen tertentu.

Elemen-elemen ini akan membentuk gambar ketika diputar secara mekanis dengan lingkaran spiral.

Baca juga: Sejarah Penemuan Televisi

Berkembang ke TV Digital

TV digital adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyebarluaskan video, audio, dan sinyal data ke pesawat televisi.

Pada awal pengoperasiannya, sistem digital ini umumnya disiarkan secara bersama dengan siaran analog sebagai masa transisi sekaligus uji coba sistem tersebut untuk menemukan hasil penerapan siaran tv yang paling ekonomis sesuai kebutuhan.

Namun, ternyata pesawat TV Analog tidak bisa menerima sinyal digital, sehingga diperlukan pesawat TV Digital baru yang berfungsi mengubah sinyal digital menjadi analog.

Proses perpindahan dari teknologi analog ke digital sendiri membutuhkan sejumlah penggantian perangkat, baik dari sisi pemancar atau sisi penerima siaran.

Kendati begitu, frekuensi radio yang digunakan untuk televisi analog dapat difungsikan pada penyiaran televisi digital.

Adapun keunggulan televisi digital sebagai berikut:

  • High definition, 5-6 kali lebih halus dibanding televisi analog.
  • Finest sound, kemampuan mereproduksi suara seperti sumber aslinya.
  • Multifunction, memberi kemampuan merekam dan mengedit siaran.
  • Multichannel, satu saluran dapat terisi lebih dari lima program berbeda.

 

Referensi:

  • Sadimin. (2020). Seri Rahasia dibalik Televisi. Semarang: ALPRIN.
  • Suliswinarni. (2020). Ensiklopedia Sejarah Penemuan: Jam-Kereta Api-Telepon-Televisi-Komputer. Semarang: ALPRIN.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com