Perayaan Maulid Nabi dipelopori oleh Abu Tamim, khalifah keempat Dinasti Fatimiyah.
Selain Maulid Nabi, dinasti ini juga merayakan Hari Asyura, Maulid Ali, Maulid Hasan, dan lainnya.
Versi ketiga berdasarkan pendapat Ibnu Katsir, yang menyatakan bahwa Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan Maulid Nabi pada Rabiul Awwal secara besar-besaran.
Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri (549-630 H) adalah Gubernur Ibril di Irak, yang merayakan Maulid Nabi dengan mengundang para ulama, ahli tasawuf, dan seluruh rakyatnya.
Ia menjamu para undangan dengan makanan, meberi hadiah, dan bersedekah kepada fakir miskin.
Pendapat lain menyatakan bahwa Maulid Nabi pertama kali diperingati oleh Salahuddin Al Ayyubi, pediri Dinasti Ayyubiyah yang hidup pada abad ke-12.
Baca juga: Biografi Salahuddin Al Ayyubi, Pendiri Dinasti Ayyubiyah
Salahuddin Al Ayyubi juga dikenal sebagai jenderal hebat yang memerangi tentara Salib dan berhasil merebut Yerusalem dari Kerajaan Yerusalem.
Konon, Salahuddin membuat perayaan Maulid untuk membangkitkan semangat umat Islam yang sedang padam dalam memerangi tentara Salib.
Meski perayaan Maulid Nabi bukan berasal dari anjuran Rasulullah dan terdapat perbedaan pendapat terkait awal mulanya, tetapi kegiatannya mampu membawa umat Islam selalu mengingat Nabi Muhammad dan menambah ketakwaan serta keimanan.
Itulah mengapa, perayaan Maulid Nabi akhirnya berkembang ke wilayah Islam yang lain, termasuk Indonesia, dan tetap diperingati hingga sekarang.
Referensi: