Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad

Peringatan Maulid Nabi dilakukan setiap tanggal 12 Rabiul Awwal dalam Kalender Hijriah.

Sejak berabad-abad lalu, mayoritas negeri-negeri Muslim di dunia melaksanakan peringatan Maulid Nabi dengan beragam cara.

Di Indonesia, Maulid Nabi menjadi hari libur nasional, di mana umat Muslim dari berbagai daerah mengadakan tradisi atau perayaan keagamaan.

Di Keraton Yogyakarta dan Surakarta misalnya, Maulid Nabi dirayakan dengan tradisi Sekaten dan Grebeg Maulid.

Kendati demikian, Rasulullah sendiri semasa hidupnya sebenarnya tidak pernah merayakan hari ulang tahunnya.

Tidak ada riwayat pula yang menyatakan bahwa sahabat Nabi mengadakan perayaan secara khusus untuk memeringati kelahiran Rasulullah.

Lantas, kapan dan siapa yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi?

Sejarah Maulid Nabi

Terdapat beberapa versi pendapat terkait kapan pertama kali Maulid Nabi diadakan.

Melansir laman NU Jabar, kelahiran Nabi Muhammad telah dirayakan oleh bangsa Arab sejak abad kedua Hijriah atau abad ke-8 Masehi.

Pendapat ini didasarkan pada Nuruddin Ali dalam kitab Wafa'ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa, yang menjelaskan bahwa seseorang bernama Khaizuran (170H/786 M) datang ke Madinah dan memerintahkan masyarakatnya merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad di Masjid Nabawi.

Khaizuran, yang merupakan salah satu sosok berpengaruh dari masa Dinasti Abbasiyah, juga mengunjungi Mekkah dan memerintahkan hal yang sama.

Karena pengaruhnya, anjuran Khaizuran pun didengarkan oleh masyarakat Muslim Arab.

Menurut Khaizuran, tujuan Maulid Nabi adalah agar teladan, ajaran, dan kepemimpinan mulia Nabi Muhammad bisa terus menginspirasi umat Islam.

Pendapat kedua menyatakan bahwa Maulid Nabi pertama kali diadakan oleh Dinasti Fatimiyah, yang berkuasa antara abad ke-4 hingga abad ke-6 Hijriah, atau abad ke-10 hingga abad ke-12 Masehi.

Perayaan Maulid Nabi dipelopori oleh Abu Tamim, khalifah keempat Dinasti Fatimiyah.

Selain Maulid Nabi, dinasti ini juga merayakan Hari Asyura, Maulid Ali, Maulid Hasan, dan lainnya.

Versi ketiga berdasarkan pendapat Ibnu Katsir, yang menyatakan bahwa Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan Maulid Nabi pada Rabiul Awwal secara besar-besaran.

Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri (549-630 H) adalah Gubernur Ibril di Irak, yang merayakan Maulid Nabi dengan mengundang para ulama, ahli tasawuf, dan seluruh rakyatnya.

Ia menjamu para undangan dengan makanan, meberi hadiah, dan bersedekah kepada fakir miskin.

Pendapat lain menyatakan bahwa Maulid Nabi pertama kali diperingati oleh Salahuddin Al Ayyubi, pediri Dinasti Ayyubiyah yang hidup pada abad ke-12.

Salahuddin Al Ayyubi juga dikenal sebagai jenderal hebat yang memerangi tentara Salib dan berhasil merebut Yerusalem dari Kerajaan Yerusalem.

Konon, Salahuddin membuat perayaan Maulid untuk membangkitkan semangat umat Islam yang sedang padam dalam memerangi tentara Salib.

Meski perayaan Maulid Nabi bukan berasal dari anjuran Rasulullah dan terdapat perbedaan pendapat terkait awal mulanya, tetapi kegiatannya mampu membawa umat Islam selalu mengingat Nabi Muhammad dan menambah ketakwaan serta keimanan.

Itulah mengapa, perayaan Maulid Nabi akhirnya berkembang ke wilayah Islam yang lain, termasuk Indonesia, dan tetap diperingati hingga sekarang.

Referensi:

  • Waskito, AM. (2014). Pro dan Kontra Maulid Nabi. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

https://www.kompas.com/stori/read/2022/10/07/200000179/sejarah-peringatan-maulid-nabi-muhammad

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke