Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zaid bin Haritsah, Anak Angkat Nabi Muhammad

Kompas.com - 26/07/2022, 11:02 WIB
Widya Lestari Ningsih

Penulis

Sumber NU Online

KOMPAS.com - Zaid bin Haritsah adalah budak yang menjadi anak angkat Nabi Muhammad.

Ia juga termasuk dalam golongan orang-orang yang paling awal memeluk Islam, setelah Siti Khadijah, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Bakar.

Sejak meyakini Islam, Zaid tidak pernah membiarkan Nabi Muhammad berperang sendirian.

Zaid bin Haritsah bahkan dipercaya sebagai salah satu panglima perang Islam hingga gugur dalam pertempuran melawan pasukan Romawi Timur.

Sebagai salah satu sahabat terdekat Nabi Muhammad, Zaid juga memiliki keistimewaan, di mana namanya disebutkan dalam Al Quran Surah Al-Ahzab ayat 37.

Baca juga: Biografi Ali bin Abi Thalib, Anak Asuh Nabi Muhammad

Asal-usul

Zaid bin Haritsah al-Ka'bi lahir di Najd, Arab Saudi, pada sekitar tahun 576.

Ia adalah putra Haritsah dan Su'da binti Tsalabah, yang berasal dari kabilah Kalb di sebelah utara Jazirah Arab.

Dikisahkan pada saat Zaid berusia sekitar 10 tahun, ia dibawa sang ibu menuju kampung Bani Ma'an untuk mengunjungi kerabatnya.

Namun, ketika di kampung Bani Ma'an, datang serangan dari Bani Qain yang menyebabkan Zaid terpisah dari sang ibu.

Dalam serangan yang menjarah seluruh isi kampung itu, Zaid dan banyak anak lainnya diculik untuk dijual sebagai budak.

Ketika tiba di pasar budak, Zaid dibeli oleh orang kaya dari Quraisy seharga 400 dirham.

Sosok yang membeli Zaid tersebut tidak lain adalah Hakam bin Hazam bin Khuwailid, keponakan Siti Khadijah.

Setibanya di rumah, Hakam kemudian memberikan Zaid kepada Siti Khadijah sebagai hadiah.

Baca juga: Siti Khadijah, Istri Pertama Nabi Muhammad

Menjadi anak angkat Nabi Muhammad

Zaid bin Haritsah sudah mengabdi selama beberapa tahun ketik Siti Khadijah menikah dengan Rasulullah.

Khadijah kemudian memberikan Zaid, yang memiliki sifat baik, pandai, dan tidak pernah belaku buruk, kepada Rasulullah sebagai hadiah untuk menyenangkan suaminya.

Sejak saat itu, Zaid justru menjadi salah satu orang beruntung yang menerima kasih sayang Rasulullah.

Di sisi lain, meski bertahun-tahun telah berlalu, orang tua Zaid masih kebingungan mencarinya dan tidak mengetahui apakah putranya masih hidup atau tidak.

Suatu ketika, Zaid bertemu dengan orang-orang dari kampung halamannya yang tengah menunaikan haji di Mekkah.

Dari situlah, Haritsah mengetahui keberadaan putranya dan segera menuju Mekkah untuk menemui Rasulullah.

Di depan Rasulullah, Haritsah mengaku akan membayar tebusan apabila anaknya diizinkan untuk dibawa pulang.

Baca juga: Siapa Saja yang Pernah Mengasuh Nabi Muhammad?

Mendengar hal itu, Rasulullah, yang mengaku tidak akan mengambil tebusan apa pun, meminta Zaid memilih apakah tetap tinggal atau ikut ayahnya.

Ternyata Zaid memilih untuk tetap bersama Rasulullah, yang membuat ayahnya sempat kecewa dan marah karena mengira anaknya memilih hidup sebagai budak.

Rasulullah kemudian mengumumkan bahwa mulai saat itu Zaid bin Haritsah adalah anak angkatnya, sehingga Haritsah bisa kembali ke kampung halamannya dengan tenang.

Membela Islam bersama Rasulullah

Ketika Rasulullah menerima wahyu pertama dan memulai masa kenabiannya, Zaid bin Haritsah menjadi salah satu dari golongan orang-orang yang pertama kali masuk Islam.

Setelah memeluk Islam, Zaid masih setia melayani Rasulullah baik dalam kehidupan keseharian maupun di medan perang.

Zaid juga mengikuti Nabi Muhammad dan penduduk Muslim Mekkah hijrah ke Madinah pada tahun 622.

Baca juga: Alasan Nabi Muhammad Hijrah ke Madinah

Sebagai salah satu orang kepercayaan Rasulullah, ia kemudian diangkat sebagai panglima atau pemimpin pasukan Islam yang dikirim ke medan perang.

Zaid tercatat pernah terjun dalam Perang Uhud (625) dan Perang Khaibar (629), serta memimpin tujuh ekspedisi militer lainnya.

Selain itu, ketika Rasulullah bepergian ke luar kota, Zaid ditunjuk sebagai wakilnya di Madinah.

Pernikahan dan perceraian dengan Zainab binti Jahsy

Sejarah mencatat Zaid bin Haritsah menikah sebanyak enam kali, salah satunya dengan Zainab binti Jahsy, keponakan Nabi, pada 625.

Namun, pernikahan itu tidak bertahan lama dan mereka bercerai pada 626.

Setelah selesai masa iddah-nya, Zainab dinikahi oleh Nabi Muhammad, yang kemudian menjadi pembicaraan banyak orang karena menikahi janda anak angkatnya sendiri.

Setelah itu, turun wahyu Allah yang menyatakan bahwa bekas istri anak angkat boleh dinikahi oleh bapak angkatnya.

Baca juga: Fatimah Az Zahra, Putri Kesayangan Nabi Muhammad

Gugur dalam Pertempuran Mu'tah

Kepahlawanan yang dilakukan oleh Zaid bin Haritsah dalam membela Islam terus berlangsung hingga akhir hayatnya.

Pada September 629, Zaid bin Haritsah memimpin Pertempuran Mu'tah yang ternyata menjadi ekspedisi terakhirnya.

Dalam misi kali ini, ia memimpin 3.000 pasukan Muslim untuk menyerang wilayah Kekaisaran Romawi Timur.

Namun, pasukannya dihadang oleh gabungan pasukan Romawi, Yunanni, dan Lakhm, yang jumlahnya sekitar 200.000 orang, di sebuah desa bernama Mu'tah.

Meski kalah jumlah, Zaid tetap memimpin pertempuran dengan gagah berani hingga akhirnya gugur setelah terkena tombak.

Kematian Zaid bin Haritsah terjadi pada 629, dalam usia 55 tahun.

 

Referensi:

  • Aizid, Rizen. (2015). Para Panglima Perang Islam. Yogyakarta: Saufa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com