Peran ulama dalam kemerdekaan Indonesia sangat penting. Salah satu contohnya pada Perang Padri di Sumatera Barat yang dipimpin oleh Imam Bonjol.
Akibat Perang Padri, timbul gerakan-gerakan Islam seperti Gerakan 3 Haji di Lombok, Gerakan R Gunawan di Jambi, Gerakan H. Aling Kuning di Kalimantan Timur, Gerakah KH. Wasit dari Cilegon, dan masih banyak lagi.
Selain itu, muncul juga berbagai laskar perjuangan berbasis Islam, seperti Laskar Hizbullah-Sabilillah, yang diteruskan Asykar Perang Sabil dan beberapa laskar Islam lainnya.
Laskar Hizbullah dibentuk sebagai laskar perjuangan semi-militer dari sebuah kelompok Islam yang dilandasi dengan niat jihad fi sabilillah, yaitu berjuang menegakkan agama dan negara.
Laskar Hizbullah berperan aktif dalam Pertempuran Surabaya melawan Sekutu pada 10 November 1945 di Surabaya.
Selain itu, umat Islam juga membantu Tentara Keamanan Rakyat (TKR) atau sekarang TNI, untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) lewat strategi gerilya melawan penjajah.
Baca juga: Mengapa Cut Nyak Dien Melakukan Perlawanan terhadap Belanda?
Di samping melalui perlawanan fisik, perjuangan meraih kemerdekaan juga dicapai dengan mengandalkan kekuatan ilmu.
Hal ini dibuktikan dengan lahirnya Sarekat Islam pada 1911 yang memiliki gagasan revolusioner untuk melepaskan rakyat Indonesia dari jeratan Belanda.
Setelah itu, disusul lahirnya Muhammadiyah di Yogyakarta pada 1912, Persatuan Islam pada 1923 di Bandung, di Surabaya lahir Nahdhatul Ulama pada 1926, serta di Sumatera lahir Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) dan Persaudaraan Muslimin Indonesia (Permi).
Referensi: