KOMPAS.com - Pertempuran Balikpapan terjadi antara tanggal 23 hingga 25 Januari 1942 di Balikpapan, Kalimantan.
Setelah Jepang berhasil merebut sebagian besar ladang minyak di Tarakan pada 11-12 Januari 1942, sebuah ultimatum dilayangkan kepada Belanda.
Ultimatum tersebut menyatakan bahwa jika Belanda menghancurkan ladang minyak yang ada di Balikpapan, mereka akan dieksekusi.
Namun, ultimatum tersebut diabaikan dan Belanda tetap menghancurkan ladang minyak di Balikpapan sebelum akhirnya mundur ke pedalaman.
Alhasil, pertempuran pun pecah, yang mengakibatkan penaklukan Balikpapan oleh tentara Jepang yang terjadi pada tanggal 24 Januari 1942.
Baca juga: Pertempuran Kalimantan (1941-1942)
Balikpapan merupakan salah satu kota penting yang menjadi pusat kegiatan bagi perusahaan ekonomi Belanda di Kalimantan.
Di kota ini, ada dua pabrik pengolahan minyak mentah, pabrik minyak parafin dan pelumas, pabrik cracking, pabrik asam sulfat, dan pabrik penyulingan minyak bumi.
Selain itu, ada kilang minyak yang dapat menampung delapan kali lebih banyak dari kilang minyak yang ada di Tarakan.
Kilang minyak tersebut mempekerjakan sekitar 7.000 orang pribumi dan 100 pengusaha Eropa.
Sebelum Jepang mendarat di Balikpapan, kilang minyak di wilayah ini dapat menghasilkan satu juta ton minyak setiap tahunnya.
Setelah Belanda mengetahui kedatangan Jepang ke Indonesia, pertahanan untuk melindungi fasilitas di Balikpapan pun ditingkatkan.
Belanda bahkan membentuk detasemen 6 brigade infanteri untuk mempertahankan ladang minyak di sana.
Baca juga: Mengapa Jepang Datang ke Indonesia Melalui Kalimantan?
Jepang sendiri memang berniat merebut Balikpapan dari genggaman Belanda agar bisa menguasai kilang minyaknya.
Selain itu, pelabuhan dan lapangan udara di Balikpapan juga berguna bagi penaklukan Jepang atas Kalimantan dan Jawa.
Setelah menguasai Tarakan, pada 16 Januari 1942, utusan Jepang mulai bergerak ke Balikpapan menggunakan kapal motor BPM Parsifal.