Pascakalah dalam Perang Dunia II dan Jepang diduduki oleh pasukan Sekutu, lagu Kimigayo tetap boleh diperdengarkan.
Bahkan, Kimigayo dimanfaatkan sebagai media promosi pendidikan, pertahanan, dan patriotisme di Jepang.
Pada 1999, Undang-Undang terkait Bendera dan Lagu Kebangsaan Jepang disahkan, menjadikan Hinomaru dan Kimigayo sebagai simbol resmi Jepang.
Dengan begitu, meski telah diadopsi sejak Restorasi Meiji, tetapi Kimigayo baru resmi ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Jepang pada 1999.
Baca juga: Latar Belakang Jepang Terlibat dalam Perang Dunia II
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, Kimigayo pernah diperdengarkan di seantero Nusantara.
Pemerintah pendudukan Jepang akhirnya hanya boleh memperdengarkan lagu Kimigayo dan melarang lagu Indonesia Raya, yang diciptakan pada 1928, karena takut rakyat akan mulai melakukan perlawanan.
Padahal, sejak sebelum ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo telah dipenuhi dengan beragam kontroversi.
Bahkan hampir 10 persen masyarakat Jepang menolak untuk menyanyikannya. Beberapa kontroversi yang pernah terjadi, yakni:
Baca juga: Kaiyo Maru, Kapal Perang Modern Jepang Pertama
Penolakan terhadap lagu Kimigayo tentu bukan tanpa sebab. Banyak pihak menganggap lagu ini digunakan untuk mempromosikan fasisme.
Selain itu, bagi sebagian masyarakat Jepang, Kimigayo dianggap sebagai bagian dari masa lalu mereka yang kelam.
Lirik lagu Kimigayo secara sekilas seperti mendoakan kebahagiaan seseorang, dan seseorang yang dimaksud adalah kebahagiaan bagi kaisar Jepang.
Oleh karena itu, sebagian masyarakat memaknainya sebagai pemaksaan untuk memuja kaisar Jepang serta menyetujui serangan Jepang ke negara-negara Asia.
Namun, pemerintah berargumen bahwa jika semua mendoakan yang baik untuk Kaisar Jepang, maka seluruh rakyat akan sejahtera.
Akibat banyaknya masalah yang muncul, Kimigayo pun dianggap sebagai lagu kebangsaan yang paling kontroversial di dunia.
Referensi: