Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Menara Pisa

Kompas.com - 31/12/2021, 13:00 WIB
Lukman Hadi Subroto,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menara Pisa atau Menara Miring Pisa adalah sebuah campanile atau menara yang dibangun sebagai menara lonceng untuk gereja Katedral di Kota Pisa, Italia.

Bangunan yang dalam bahasa Italia disebut Torre Pendente di Pisa atau Torre di Pisa ini terletak di belakang Katedral dan menjadi bangunan ketiga dari Campo dei Miracoli atau Lapangan Pelangi milik Kota Pisa.

Mulanya Menara Pisa dirancang berdiri tegak seperti halnya menara lonceng pada umumnya.

Namun, dalam pembangunanya yang dimulai pada Agustus 1173, Menara Pisa menjadi miring.

Baca juga: Giuseppe Garibaldi, Pahlawan Revolusi yang Menyatukan Italia

Sejarah berdirinya

Pembangunan Menara Pisa dimulai pada Agustus 1173. Lima tahun setelahnya, baru disadari bahwa bangunannya mengalami kemiringan.

Terjadinya kemiringan itu disadari oleh seorang pekerja yang sedang bertugas membangun lantai dua.

Kemiringan Menara Pisa disebabkan oleh fondasi setinggi 3 meter dan lapisan bawah tanah yang tidak stabil, sehingga tidak mampu menopang berat bangunan.

Giovanni di Simone, arstitek yang bertanggung jawab dalam pembangunan Menara Pisa berusaha untuk mengakali kemiringan itu.

Ia mengakalinya dengan membuat lantai baru yang sedikit lebih tinggi di sisi yang pendek. Namun, keputusan itu malah menyebabkan struktur Menara Pisa semakin tenggelam.

Bahkan kemiringannya semakin memburuk setelah konstruksinya selesai pada abad ke-14, tepatnya pada tahun 1372.

Menara ini dibangun kurang lebih selama 200 tahun. Proyek pembangunan Menara Pisa berlangsung lambat karena di tengah gencarnya perang yang memakan waktu beberapa dekade.

Baca juga: Peninggalan Peradaban Romawi Kuno

Struktur Menara Pisa

Menara Pisa memiliki ketinggian 55,86 meter (di sisi rendah) dan 56,67 meter (di sisi tinggi) serta lebar dinding pada dasarnya 2,44 meter.

Di dalamnya terdapat tangga spiral kembar berjajar yang terdiri dari 294 anak tangga dan mengarah ke ruang lonceng.

Menara ini dilengkapi tujuh lonceng, lonceng yang terbesar memiliki berat sekitar 3,5 ton.

Pemasangan lonceng besar itu kemudian dilepas pada awal abad ke-20, karena kemiringan menara terus terjadi setiap tahun.

Baca juga: Peradaban Romawi Kuno: Asal-usul, Karakteristik, dan Kondisi Geografis

Renovasi

Kemiringan yang notabene disebabkan oleh lapisan tanah yang tidak stabil justru menjadi keunikan Menara Pisa.

Hingga saat ini, menara yang berusia enam abad lebih ini dikunjungi oleh jutaan wisatawan dari seluruh dunia setiap tahunnya.

Pada 1990, sekitar satu juta orang mengunjungi Menara Pisa. Para pengunjung menaiki ratusan anak tangga yang sudah mulai lapuk untuk menuju puncak.

Otoritas Italia khawatir Menara Pisa akan runtuh. Merespons hal itu, sekelompok arsitek dan ahli tanah ditunjuk untuk memperbaiki kemiringan menara.

Untuk merealisasikannya, Otoritas Italia menutup Menara Pisa bagi wisatawan selama 11 tahun.

Antara 1993 hingga 2001, strukturnya distabilkan oleh pekerjaan perbaikan yang berhasil mengurangi kemiringan hingga 3,97 derajat.

Setelah sekian lama, pada 2003, Pemerintah Italia membuat sebuah komite internasional yang terdiri dari para ahli bidang seni, restorasi, dan rekayasa struktural dan geoteknik untuk membantu menstabilkan monumen.

Para ahli mengungkapkan bahwa kemiringan Menara Pisa terus melambat dan meski dalam kemiringan, monumen dapat dikatakan dalam status stabil.

 

Referensi:

  • Purnomo, Aloys Budi. (2011). Wonderful Europe: Panduan Umum Wisata ke Eropa dan Permenungan Jejak Ziarah Iman. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com